REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, peningkatan kasus Covid-19 varian Omicron di seluruh dunia berisiko memunculkan virus SARS-Cov-2 varian baru yang lebih berbahaya. Saat ini, Omicron telah menjadi varian dominan di sejumlah negara.
“Semakin banyak Omicron menyebar, semakin banyak transmisi dan replikasi, semakin besar kemungkinan untuk memunculkan varian baru,” kata petugas darurat senior WHO Cathrine Smallwood dalam sebuah pernyataan pada Selasa (4/1).
Dia menekankan, kendati kemungkinan berisiko lebih kecil dibandingkan varian Delta, Omicron tetap berpotensi menyebabkan kematian. Namun, tak ada yang dapat menebak tentang apa yang bisa dimunculkan varian terbaru Covid-19.
Baca: Satgas: Uji Klinis Vaksin Booster tak Temukan KIPI Berat
Smallwood mengungkapkan, sejak awal pandemi, Eropa sudah mencatatkan lebih dari 100 juta kasus Covid-19. Sebanyak lima juta kasus di antaranya tercatat pada pekan terakhir 2021. “Kami berada dalam fase yang sangat berbahaya, kami melihat tingkat infeksi meningkat sangat signifikan di Eropa barat, dan dampak penuh dari hal itu belum jelas,” ujarnya.
Baca: Pasien Kasus Omicron di DKI Bertambah Jadi 252 Orang
Ia mengambil Inggris sebagai contoh. Menurutnya, negara tersebut sedang menghadapi peringatan krisis rumah sakit. Hal itu karena merebaknya penyebaran Omicron. Menurut Smallwood, negara-negara Eropa lainnya dapat menghadapi situasi seperti Inggris. “Bahkan dalam sistem kesehatan yang canggih dan berkapasitas baik, ada perjuangan nyata yang terjadi saat ini, serta kemungkinan ini akan terjadi di seluruh wilayah saat Omicron mendorong kasus ke atas,” ujar Smallwood.
Baca: Omicron di DKI Terus Bertambah, Wagub: 252 Pasien Seluruhnya di Wisma Atlet dan RSPI
Sejauh ini, dunia sudah mencatatkan 293 juta kasus Covid-19 dengan korban meninggal mencapai 5,45 juta jiwa.