Rabu 05 Jan 2022 12:19 WIB

Kabinet Pemerintahan Kazakhstan Mundur

Anggota pemerintah Kazakhstan akan bertugas hingga pemerintahan baru terbentuk.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev
Foto: Dokumentasi Kedutaan Besar Kazakhstan
Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev

REPUBLIKA.CO.ID, NUR SULTAN — Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev pada Rabu (5/1/2021) menerima pengunduran diri kabinet pemerintah negara itu, yang membuat tugas akan terus dijalankan hingga kabinet menteri baru terbentuk. 

Dalam keputusan presiden, yang diterbitkan di hari yang sama, disebutkan oleh Tokayev memutuskan untuk menerima pengunduran diri Pemerintah Republik Kazakhstan. 

Baca Juga

“Smailov Alikhan Askhanovich akan diberi tugas sementara sebagai Perdana Menteri Republik Kazakhstan," ujar Tokayev dalam keputusan tersebut, dilansir Tass, Rabu (5/1). 

Sesuai dokumen tersebut, anggota pemerintah akan melanjutkan tugas hingga pemerintahan baru terbentuk. Sebelumnya, di tengah protes massal yang terjadi Kazakhstan menyusul kenaikan tajam harga bahan bakar, Tokayev menegaskan pemerintah tidak akan ambruk. 

Baca: Presiden Kazakhstan Umumkan Keadaan Darurat Seusai Protes Membesar

Tokayev mengajak masyarakat Kazakhstan untuk tidak menyerah pada provokasi internal dan eksternal. Ia mengingatkan, serangan pada petugas sipil dan militer merupakan pelanggaran hukum dan tindakan semacam itu akan dihukum. 

Pemerintah negara kaya minyak itu mengumumkan pada Selasa (4/1/2022) malam bahwa pihaknya memulihkan beberapa plafon harga bahan bakar gas cair (elpiji), setelah protes yang jarang terjadi mencapai Almaty menyusul kenaikan tajam harga bahan bakar pada awal tahun.

Baca: Diprotes Warganya, Presiden Kazakhstan: Pemerintah tidak akan Ambruk

Banyak orang Kazakhstan mengonversi mobil mereka menggunakan elpiji, yang jauh lebih murah daripada bensin sebagai bahan bakar kendaraan di Kazakhstan karena plafon harga. Tapi pemerintah berargumen, harga rendah tidak berkelanjutan dan menghapus batas atas harga itu pada 1 Januari.

Setelah harga bahan bakar melambung, sejumlah unjuk rasa yang melibatkan ribuan orang terjadi pada 2 Januari di Kota Zhanaozen, pusat minyak dan lokasi bentrokan yang mematikan antara pengunjuk rasa dan polisi satu dekade lalu.

Demonstrasi menyebar ke bagian lain di sekitar Provinsi Mangistau dan Kazakhstan barat, termasuk pusat Provinsi Aktau dan kamp pekerja yang digunakan subkontraktor produsen minyak terbesar Kazakhstan, Tengizchevroil. Perusahaan yang dipimpin Chevron itu mengatakan produksinya tidak terpengaruh.

Baca: Taliban: Rusia Rencanakan Investasi Minyak dan Gas di Afghanistan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement