REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menyampaikan retorika keras terhadap demonstran dalam pidato yang ditayangkan televisi pada Jumat (7/1/2022). Dia memberi wewenang kepada pasukan keamanan menembak mati orang yang berpartisipasi dalam kerusuhan.
Tokayev merujuk pada mereka yang terlibat dalam kekacauan sebagai “teroris,” “bandit” dan “militan”. "Saya telah memberikan perintah kepada penegak hukum dan tentara untuk menembak mati tanpa peringatan. Mereka yang tidak menyerah akan tersingkir," ujarnya.
Presiden Khazanah itu juga mengecam seruan beberapa negara untuk melakukan pembicaraan dengan para pengunjuk rasa sebagai omong kosong. "Negosiasi apa yang bisa dilakukan dengan penjahat, pembunuh?" tanyanya.
Tokayev pun tetap mengulangi tuduhannya bahwa aktor asing bersama dengan media independen membantu memicu gejolak tersebut. Dia tidak memberikan bukti untuk klaim tersebut. Namun, retorika seperti itu sering digunakan oleh negara-negara bekas Soviet, terutama Rusia dan Belarus, yang berusaha untuk menekan demonstrasi massa anti-pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
Pada Jumat (8/1/2022), Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan melaporkan bahwa pasukan keamanan telah membunuh 26 pengunjuk rasa selama kerusuhan. Sebanyak 18 orang lainnya terluka dan lebih dari 3.000 orang telah ditahan. Sebanyak 18 petugas penegak hukum dilaporkan tewas dan lebih dari 700 terluka.
Jumlah korban tidak dapat diverifikasi secara independen. Tidak jelas apakah lebih banyak orang meninggal dunia dalam huru-hara ketika protes berubah menjadi kerusuhan. Orang-orang menyerbu gedung-gedung pemerintah dan membakarnya.
Rekomendasi
-
Selasa , 25 Nov 2025, 13:01 WIB
Afghanistan: Serangan Pakistan Tewaskan Sembilan Anak-anak
-
-
Selasa , 25 Nov 2025, 08:36 WIBHamas Ultimatum Pembatalan Gencatan Senjata di Gaza
-
Selasa , 25 Nov 2025, 07:57 WIBMalaysia Berencana Larang Medsos untuk Anak di Bawah 16 Tahun pada 2026
-
Selasa , 25 Nov 2025, 06:33 WIBTrump Tetapkan Ikhwanul Muslimin sebagai Organisasi Teror Global
-
Senin , 24 Nov 2025, 19:33 WIBJepang Pasang Rudal di Pulau Yonaguni, China: Langkah Ini Berbahaya
-