REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, kritik bipartisan terhadap penjualan senjata AS ke Arab Saudi telah membahayakan Kerajaan Saudi. Menurut pejabat senior tersebut, Riyadh menghadapi "situasi mendesak" karena menipisnya persediaan rudal pencegat untuk sistem pertahanan udara Patriot buatan AS.
Kekurangan rudal itu sangat kritis sehingga Saudi telah meminta sekutu Teluk untuk mengisi kembali persediaan rudal tersebut. Pejabat itu mengatakan kepada Financial Times bahwa AS mendukung langkah untuk mendapatkan rudal dari negara-negara Teluk di tengah meningkatnya jumlah serangan roket dan pesawat tak berawak di Arab Saudi oleh pemberontak Houthi di Yaman.
"Mereka (Saudi) bisa mendapatkan (rudal) di tempat lain di Teluk dan kami mencoba untuk mengatasinya," kata pejabat AS itu, dilansir Middle East Monitor, Selasa (11/1/2022).
Pejabat tersebut menjelaskan, langkah Saudi membeli rudal dari negara lain di Teluk merupakan alternatif untuk mendapatkan persenjataan dari AS. Dua orang sumber yang mengetahui hal tersebut mengatakan, Riyadh telah membuat permintaan untuk mendapatkan rudal pencegat dari negara tetangganya.
“Ada kekurangan (rudal) pencegat. Arab Saudi telah meminta pinjaman kepada negara tetangganya, tetapi tidak banyak yang bisa didapat,” kata seorang sumber.
Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman telah mengangkat masalah kekurangan persediaan rudal selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dewan Kerja Sama Teluk di Riyadh pada Desember 2021. Kekurangan persediaan rudal itu diyakini sebagai konsekuensi dari kritik bipartisan di Washington atas perang di Yaman.
Presiden AS Joe Biden membekukan penjualan senjata ke Riyadh. Namun, menjelang akhir tahun lalu, secara kontroversial Biden memperbarui penjualan 280 rudal udara-ke-udara untuk Saudi.
Baca: Australia tak Mau Lockdown, Memilih Lewati Wabah Covid-19 Omicron
Pada Desember lalu, Senat menolak tawaran bipartisan untuk memblokir kesepakatan penjualan senjata senilai 680 juta dolar AS ke Saudi. Namun, sejumlah pendapat yang berkembang di Washington tentang perlunya mempertahankan pasokan senjata ke Riyadh. Ada kekhawatiran bahwa Saudi mungkin akan beralih membeli senjata militer ke China.
"Kita perlu membela mereka (Saudi) dari musuh dan mencegah orang China masuk," kata seorang anggota Partai Demokrat.
Baca: Nepal Tutup Sekolah 3 Pekan Buntut Kasus Covid-19 Meninggi
Baca: Menlu Israel Positif Covid-19 Saat Negaranya Bersiap Hadapi Omicron dengan Dosis 4 Vaksin