REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China memutuskan untuk melakukan karantina atau lockdown di kota Anyang akibat penyebaran virus corona. Keputusan itu meningkatkan jumlah warga yang terkurung di rumah menjadi sekitar 20 juta orang setelah karantina dua kota sebelumnya.
Karantina kota dengan 5,5 juta penduduk itu dilakukan setelah laporan dua kasus varian omicron. Warga tidak diperbolehkan keluar dan toko-toko telah diperintahkan tutup kecuali yang menjual kebutuhan.
Sebelum pengumuman kota ketiga itu, 13 juta orang lainnya telah dikurung di Xi'an selama hampir tiga minggu dan 1,1 juta lebih di Yuzhou selama lebih dari seminggu. Tidak jelas berapa lama karantina Anyang akan berlangsung.
Usai karantina, pemerintah akan melakukan pengujian massal penduduk kota Anyang. Upaya itu merupakan prosedur standar dalam strategi China untuk mengidentifikasi dan mengisolasi orang yang terinfeksi secepat mungkin.
Kota itu mengatakan bahwa kendaraan yang tidak penting dilarang dari jalan-jalan dalam pemberitahuan karantina yang dibagikan secara daring oleh media pemerintah Senin (10/1/2022) malam. Jumlah kasus masih relatif rendah, dengan 58 kasus baru dikonfirmasi dari awal Senin hingga pukul 08.00 pada Selasa (11/1/2022) pagi.
Karantina tersebut adalah yang terluas sejak penutupan Wuhan dan sebagian besar provinsi Hubei lainnya pada awal 2020 pada awal pandemi. Sejak itu, pendekatan China telah berkembang menjadi salah satu penargetan area yang lebih kecil yang terkena wabah untuk dikarantina.
Mendekati Olimpiade Musim Dingin, yang dibuka 4 Februari di Beijing dan munculnya omicron telah mengembalikan karantina seluruh kota. Tindakan itu sebagai upaya untuk memadamkan wabah dan mencegahnya menyebar ke bagian lain China.
Seorang pejabat Olimpiade Beijing yang bertanggung jawab atas pengendalian penyakit, Huang Chun, mengatakan penyelenggara mengandalkan kerja sama para atlet dan ofisial untuk mencegah wabah yang dapat mempengaruhi partisipasi. "Jika transmisi klaster massal terjadi, itu akan berdampak pada Olimpiade dan jadwal pasti,” kata Huang.
"Skenario terburuk, jika itu terjadi, tidak tergantung pada kehendak manusia, jadi kami membiarkan opsi kami terbuka," ujarnya.
Baca: Arab Saudi Krisis Rudal Gara-Gara Beli Sistem Pertahanan Buatan AS
Xi'an dan Yuzhou sama-sama berjuang melawan varian delta dan tidak ada yang melaporkan kasus omicron. Lebih dari 2.000 orang telah terinfeksi di Xi'an dalam wabah terbesar di China sejak yang pertama di Wuhan.
Baca: Australia tak Mau Lockdown, Memilih Lewati Wabah Covid-19 Omicron
Baca: Menlu Israel Positif Covid-19 Saat Negaranya Bersiap Hadapi Omicron dengan Dosis 4 Vaksin