Jumat 14 Jan 2022 19:36 WIB

Negara Miskin Tolak 100 Juta Dosis Vaksin Covid, Ini Penyebabnya

Negara-negara kaya terlebih dulu mengamankan sebagian besar dosis vaksin.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang petugas kesehatan menunjukkan tanggal kedaluwarsa vaksin COVID-19.
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Seorang petugas kesehatan menunjukkan tanggal kedaluwarsa vaksin COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Negara-negara miskin menolak lebih dari 100 juta dosis vaksin Covid-19 yang didistribusikan program Covax bulan lalu. Hal itu disebabkan karena tanggal kedaluwarsa vaksin yang cepat.

“Lebih dari 100 juta (dosis vaksin) ditolak hanya pada bulan Desember saja. Alasan utama penolakan adalah pengiriman dosis dengan umur simpan yang pendek,” kata Direktur Divisi Pasokan UNICEF Etleva Kadilli saat berbicara kepada anggota Parlemen Eropa, Kamis (13/1).

Baca Juga

Dia mengungkapkan, negara-negara miskin juga terpaksa menunda pasokan vaksin karena mereka tidak memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai. UNICEF tak menyampaikan berapa banyak dosis vaksin secara total yang telah ditolak.

Lebih dari 30 negara miskin dilaporkan hanya menggunakan separuh dari total dosis vaksin yang mereka terima. Sisanya tak termanfaatkan karena kedaluwarsa.

Gavi, aliansi vaksin yang mengelola Covax, mengatakan, vaksin yang baru-baru ini dikirim Covax memiliki masa simpan cukup lama. Oleh karena itu, mereka yakin tak ada dosis yang terbuang sia-sia.

Sejauh ini Covax, yang dipimpin bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah menyalurkan 987 juta dosis vaksin Covid-19 ke 144 negara. Covax adalah pemasok utama vaksin untuk puluhan negara miskin. Beberapa negara membeli dosis sendiri atau menggunakan program pengadaan vaksin regional lainnya.

Pasokan vaksin ke negara-negara miskin memang terbatas. Penyebabnya karena negara-negara kaya terlebih dulu mengamankan sebagian besar dosis vaksin yang tersedia mulai Desember 2020.

Namun pada kuartal terakhir, pengiriman vaksin ke negara-negara miskin telah meningkat secara eksponensial. Hal itu karena negara-negara kaya yang telah memvaksinasi sebagian besar populasinya, menyumbangkan stok vaksinnya.

Namun sumbangan vaksin yang disumbangkan tersebut memiliki umur simpan pendek. Menurut data WHO, hingga Januari tahun ini, 67 persen populasi di negara-negara kaya sudah divaksinasi lengkap. Sementara di negara-negara miskin, hanya 8 persen populasi yang sudah menerima dosis pertama.

Sejauh ini dunia sudah mencatatkan 320 juta kasus Covid-19 dengan korban meninggal melampaui 5,2 juta jiwa.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement