REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Televisi Pemerintah Iran melaporkan pada Sabtu (15/1/2022) bahwa tiga warga negaranya meninggal setelah mereka terinfeksi omicron. Negara itu pertama kali mendeteksi varian omicron pada pertengahan Desember, tetapi ini adalah pertama kalinya kematian dilaporkan.
Laporan siaran televisi itu mengutip pejabat di Kementerian Kesehatan Iran Mohammad Hashemi yang mengatakan bahwa orang keempat yang dikonfirmasi kasus omicron berada dalam kondisi kritis. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Sejak pandemi, Covid-19 telah menewaskan lebih dari 132.000 orang di Iran, tingkat kematian terburuk di Timur Tengah. Pada 24 Agustus saja, 709 orang meninggal karena penyakit itu. Jumlah kematian telah menurun dalam beberapa bulan terakhir karena vaksinasi.
Iran telah meningkatkan vaksinasi dalam beberapa minggu terakhir dan sekarang telah melaporkan bahwa lebih dari 53 juta orang Iran telah menerima suntikan kedua dan 12 juta telah menerima suntikan ketiga atau booster. Iran memiliki populasi sekitar 85 juta. Ketika Presiden Ebrahin Raisi mengambil alih pada akhir Agustus, hanya 7 juta orang Iran yang telah divaksinasi.
Iran sebagian besar menggunakan vaksin Sinopharm buatan China, meskipun Sputnik-V Rusia dan vaksin yang dibuat oleh perusahaan farmasi Inggris-Swedia AstraZeneca juga digunakan.
Baca: Beli NFT Lukisan Ridwan Kamil Seharga 45,9 Juta, Lanang Cikal: Sambil Belajar
Baca: Vitamin D Bantu Lindungi Tubuh dari Infeksi Pernapasan? Ini Catatan Studi
Varian omicron mendominasi banyak negara. Meskipun dapat menginfeksi mereka yang telah divaksinasi atau sebelumnya telah terinfeksi oleh versi virus sebelumnya, penelitian awal menunjukkan kemungkinan kecil menyebabkan penyakit parah daripada varian delta sebelumnya. Vaksinasi dan booster masih menawarkan perlindungan yang kuat dari penyakit serius, rawat inap, dan kematian.
Baca: Filipina Membeli Sistem Pertahanan Maritim dari India