REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Ribuan pengunjuk rasa memadati jalan-jalan Amsterdam menentang pembatasan Covid-19 yang diberlakukan pemerintah di tengah penyebaran varian omicron. Ribuan polisi dikerahkan untuk berjaga di sekitar demonstran, dan sejumlah mobil polisi anti huru hara berpatroli di sekitarnya.
Protes reguler terhadap pembatasan Covid-19 digelar di seluruh negeri. Aksi protes besar-besaran pada Ahad (16/1/2022) diikuti oleh para petani yang berkendara ke ibu kota, dan memarkir traktor di sepanjang Alun-alun Museum pusat. Para demonstran memainkan musik, dan meneriakkan slogan-slogan antipemerintah. Mereka berkumpul di sepanjang jalan raya, dan memblokir lalu lintas.
“Ada banyak orang yang menentang tindakan pemerintah dan ketidakpercayaan umum terhadap politik. Banyak orang yang tidak mematuhi aturan dan melanggar banyak aturan yang masih berlaku," ujar laporan Aljazirah.
Selama aksi protes, polisi memisahkan sekelompok kecil pengunjuk rasa antifasis dan memindahkan mereka dengan bus ke lokasi yang berbeda. Kelompok sayap kanan radikal Belanda sering bergabung dalam demonstrasi menentang pembatasan Covid-19, dan polisi ingin memastikan tidak ada konfrontasi dengan aktivis antifasis.
Belanda merupakan salah satu negara yang menerapkan penguncian paling ketat di Eropa selama sebulan. Di tengah meningkatnya penentangan publik, Perdana Menteri Mark Rutte pada Jumat (14/1/2022) mengumumkan pembukaan kembali toko, salon rambut, dan pusat kebugaran. Rutte juga mencabut penguncian di sejumlah wilayah meskipun ada rekor jumlah kasus baru Covid-19.
Pada Sabtu (15/1/2022) pertokoan nonesensial, salon rambut, salon kecantikan, dan penyedia layanan lainnya diizinkan untuk dibuka kembali namun harus tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sementara bar, restoran, dan tempat budaya telah diinstruksikan untuk tetap tutup hingga 25 Januari karena ketidakpastian tentang bagaimana gelombang omicron akan memengaruhi kapasitas rumah sakit.
Menurut data yang diterbitkan oleh Institut Kesehatan Belanda (RIVM), infeksi Covid-19 mencapai rekor tertinggi di atas 36 ribu pada Ahad (16/1/2022). Belanda telah mencatat lebih dari 3,5 juta kasus dan 21 ribu kematian sejak awal pandemi.
Rutte memerintahkan penguncian pada pertengahan Desember ketika terjadi gelombang varian Delta. Saat itu sistem kesehatan Belanda kewalahan dalam menangani pasien Covid-19 yang jumlahnya membludak.