Para pembicara lantas mengutip kekejaman massal 2017 terhadap Muslim Rohingya dan eksodus mereka dari Myanmar sebagai contoh. Mereka menyerukan kebijakan serupa untuk melakukan pembersihan etnis Muslim di India.
“Seperti di Myanmar, polisi, politisi di sini, tentara dan setiap umat Hindu, harus mengambil senjata dan melakukan gerakan kebersihan ini (pembersihan etnis). Tidak ada solusi selain ini,” kata kepala Hindu Raksha Sena (Save Hindu Army), Swami Prabodhanand Giri. Kelompok sayap kanan ini berbasis di negara bagian Uttarakhand utara.
Pembicara lain, Dharamdas Maharaj, menyebut jika ia hadir di parlemen ketika PM Manmohan Singh mengatakan minoritas memiliki hak pertama atas sumber daya nasional, maka ia akan mengikuti Nathuram Godse. Maharaj menyebut ia akan menembaknya enam kali di dada dengan pistol.
Godse dikenal membunuh Mahatma Gandhi pada 30 Januari 1948 dan dipuji oleh kelompok Hindutva di India. Pernyataan Maharaj dibuat mengacu pada pidato Parlemen Singh 2006, di mana perdana menteri saat itu mengatakan minoritas India harus memiliki klaim pertama atas sumber daya negara.
Sebagian dari acara pertemuan selama tiga hari itu disiarkan langsung di media sosial. Kegaitan tersebut telah memicu kemarahan di media sosial dengan pengguna yang menggunakan tagar #HaridwarGenocidalMeet dan #HaridwarHateAssembly untuk memojokkan kelompok sayap kanan.
Banyak yang mempertanyakan sikap diam dari pemerintah yang dipimpin Modi, memperingatkan bahwa ujaran kebencian terhadap Muslim hanya akan tumbuh ketika beberapa negara bagian India, termasuk Uttarakhand, akan melakukan pemungutan suara pada Februari. Partai berkuasa Modi telah menghadapi kritik keras atas meningkatnya serangan terhadap Muslim dalam beberapa tahun terakhir.
Para pemimpin oposisi dan kelompok hak asasi menuduh Modi bersama dengan partai, serta pemerintahan secara menyeluruh mendorong kekerasan oleh nasionalis Hindu garis keras terhadap Muslim dan minoritas lainnya. Meski demikian, tudingan itu dibantah oleh partai.