REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan Kamis (20/1/2022) bahwa pembatasan akan diperketat di seluruh negeri jika ada transmisi lokal varian Omicron. Meski begitu, dia masih mengesampingkan penguncian.
Ardern mengatakan, pengaturan peringatan "merah" akan diberlakukan dalam waktu 24 hingga 48 jam setelah Omicron tersebar secara lokal. Artinya masker akan direkomendasikan dan akan ada batasan pada pertemuan publik.
"Ketika kami memiliki bukti penularan Omicron di komunitas, kami tidak akan menggunakan penguncian, sebaliknya seluruh negara akan pindah ke Merah dalam waktu 24 hingga 48 jam," kata Ardern, menambahkan bahwa Omicron pada akhirnya akan tiba.
Pengaturan ketat Selandia Baru dan keunggulan geografis telah membantunya tetap bebas dari varian Omicron secara lokal. Meskipun telah banyak kasus varian terbaru virus corona ini telah dilaporkan di fasilitas karantina di perbatasan.
"Kami tahu dari negara lain hanya butuh 14 hari untuk kasus Omicron tumbuh dari ratusan menjadi ribuan," kata Ardern.
Sekitar 93 persen populasi Selandia Baru di atas usia 12 tahun telah divaksinasi lengkap dan sekitar 20 persen telah mendapatkan suntikan booster. Ardern mengatakan lebih banyak orang harus mendapatkan booster.
"Bukti internasional menunjukkan bahwa dosis booster memberikan perlindungan yang baik terhadap Omikron,” kata perdana menteri Selandia Baru itu.
Perbatasan Selandia Baru telah ditutup untuk orang asing sejak Maret 2020 dan rencana pembukaan kembali secara bertahap diundur dari pertengahan Januari hingga akhir Februari. Keputusan ini karena kekhawatiran akan wabah Omicron, seperti yang terlihat di negara tetangga Australia.
Orang-orang yang datang harus mengajukan tempat di fasilitas karantina yang dikelola negara. Pemerintah berhenti mengeluarkan slot baru di tengah lonjakan jumlah orang yang datang dengan Omikron sejak pekan ini. Ardern mengatakan tidak ada perubahan pada rencana pengaturan perbatasan untuk saat ini.