REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS — Badai salju menghantam Suriah pada 18 Januari lalu, menyebabkan penderitaan ribuan pengungsi di Suriah. Salju-salju tampak menyelimuti seluruh tenda di kamp-kamp pengungsi.
Dilansir dari Arab News, Kamis (20/1) badai salju membawa suhu beku dan menambah kesengsaraan ribuan orang yang mengungsi akibat perang selama satu dekade di negara Mediterania itu. Badai salju juga telah menyebabkan satu anak meninggal di Suriah utara.
“Anak itu meninggal dan ibunya dalam perawatan intensif setelah salju menyebabkan tenda mereka runtuh di daerah Qastal Miqdad, akibat badai yang melanda pada 18 Januari,” kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Seorang pengungsi di kamp Zaitoun, Abu Anas mengatakan, kondisi saat ini sangat menakutkan. Tidak sedikit para orang tua khawatir tenda-tenda mereka akan bernasib sama karena tidak mampu menahan salju. “Saya takut tenda akan jatuh menimpa anak-anak,” kata Abu Anas.
“Ini adalah situasi yang menyedihkan. Tidak ada pemanas, tenda yang tidak cocok bahkan untuk hewan. Situasi kami buruk,” tambahnya setelah Badai Hiba melanda.
Badai salju juga menyebabkan dua anak lainnya dalam perawatan di rumah sakit karena kedinginan. Di kampnya, orang-orang meletakkan batu di genangan air untuk membuat jalan setapak.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memperingatkan tentang banjir begitu salju mulai mencair, mengatakan 362 tenda telah rusak di wilayah itu pada 19 Januari dan lebih dari 400 keluarga terkena dampaknya.
“Di kamp utara Abraz, salah satu tempat yang paling parah terkena dampak, keluarga harus dievakuasi,” kata PBB.
Badai juga mengganggu kehidupan di tempat lain di Suriah. Di daerah-daerah yang dikuasai pemerintah, universitas dan lembaga pendidikan lainnya menunda ujian. Pelabuhan Suriah ditutup sementara.
Perang saudara Suriah telah menewaskan ratusan ribu orang, memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka, menciptakan salah satu krisis pengungsi terburuk sejak Perang Dunia Kedua.
Dengan dukungan Rusia, pemerintah Suriah telah mendapatkan kembali kendali atas sebagian besar negara, mendorong lawan pemberontak ke kantong-kantong wilayah di utara.