Rabu 26 Jan 2022 00:15 WIB

PM Kamboja Sebut Junta Myanmar Diundang KTT ASEAN, Ini Syaratnya

ASEAN tidak mengikutsertakan junta Myanmar dalam KTT tahun lalu.

Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh Televisi Nasional Kamboja menunjukkan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menghadiri pertemuan virtual dengan para pemimpin dari China dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), tidak termasuk Myanmar, selama KTT ASEAN-China di Istana Perdamaian di Phnom Penh, Kamboja, 22 November 2021. PM Kamboja Sebut Junta Myanmar Diundang KTT ASEAN, Ini Syaratnya
Foto: EPA-EFE/AN KHOUN SAMAUN
Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh Televisi Nasional Kamboja menunjukkan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menghadiri pertemuan virtual dengan para pemimpin dari China dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), tidak termasuk Myanmar, selama KTT ASEAN-China di Istana Perdamaian di Phnom Penh, Kamboja, 22 November 2021. PM Kamboja Sebut Junta Myanmar Diundang KTT ASEAN, Ini Syaratnya

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan telah mengundang pemimpin junta Myanmar Min Aung Hlaing untuk mengikuti KTT ASEAN. Namun, Myanmar harus memenuhi syarat ada kemajuan dalam implementasi Konsensus Lima Poin yang ditujukan membantu upaya perdamaian di negara itu.

Sebagai ketua ASEAN tahun ini, Hun Sen mengatakan akan berbicara dengan Min Aung Hlaing melalui konferensi video pada Rabu (26/1/2022), menyusul pertemuan keduanya di Myanmar pada 7 Januari lalu. "Dia (Hun Sen) mengatakan telah mengundang Min Aung Hlaing untuk menghadiri KTT ASEAN jika ada kemajuan dalam implementasi Konsensus Lima Poin yang telah disepakati dengan suara bulat," demikian pernyataan yang dirilis di laman Facebook Hun Sen mengenai pembicaraannya dengan Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob.

Baca Juga

Jika tidak, junta Myanmar harus mengirim perwakilan non politis untuk pertemuan-pertemuan ASEAN. ASEAN melakukan langkah mengejutkan dengan tidak mengikutsertakan Min Aung Hlaing dalam KTT tahun lalu.

Jenderal yang memimpin kudeta militer terhadap pemerintah terpilih Myanmar itu dianggap gagal menjalankan Konsensus Lima Poin. Konsensus itu mencakup penghentian kekerasan dan dialog dengan semua pihak.

Sebagai ketua baru ASEAN, Kamboja awalnya mengindikasikan ingin terlibat, bukannya mengisolasi junta Myanmar. Namun, Hun Sen telah ditekan oleh beberapa pemimpin ASEAN lainnya, termasuk dari Malaysia, Indonesia, dan Singapura untuk tidak menyerah pada konsensus yang juga didukung oleh PBB dan Amerika Serikat.

Penggulingan pemerintah terpilih Myanmar pimpinan Aung San Suu Kyi menjadi kemunduran bagi ASEAN dan upaya perhimpunan itu untuk menampilkan diri sebagai perhimpunan yang kredibel dan terintegrasi. Kunjungan Hun Sen ke Myanmar menimbulkan kekhawatiran di dalam perhimpunan.

Kunjungan itu dapat menunjukkan pengakuan ASEAN terhadap para jenderal yang telah mengawasi tindakan keras berdarah terhadap pendukung demokrasi di Myanmar. Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Malaysia, PM Malaysia Ismail Sabri mengatakan kepada Hun Sen tentang kebutuhan mendesak untuk meredakan situasi Myanmar dan membebaskan Suu Kyi dan semua tahanan politik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement