REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendesak warganya untuk tidak panik, Selasa (25/1/2022). Dia mencoba memberikan ketenangan setelah Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara menarik beberapa diplomat dari negara itu.
"Kami cukup kuat untuk menjaga semuanya tetap terkendali dan menggagalkan setiap upaya destabilisasi,” kata Zelenskyy.
Keputusan oleh AS, Inggris, Australia, Jerman dan Kanada untuk menarik beberapa diplomat dan keluarga dari Kiev, menurut Zelenskyy, tidak serta merta menandakan eskalasi yang tak terhindarkan. Dia menyatakan, tindakan itu merupakan bagian dari permainan diplomatik yang kompleks.
"Kami bekerja sama dengan mitra kami sebagai satu tim," ujar Zelenskyy.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan kepada parlemen bahwa tidak ada alasan untuk percaya Rusia akan menyerang dalam waktu dekat. Dia mencatat bahwa pasukannya belum membentuk apa yang disebutnya kelompok pertempuran untuk memaksa melewati perbatasan.
"Jangan khawatir, tidurlah yang nyenyak. Tidak perlu mengemasi tasmu," kata Reznikov, meski dalam sebuah wawancara sehari sebelumnya, dia mengakui skenario berisiko mungkin terjadi.
Tapi beberapa putaran diplomasi gagal menghasilkan terobosan apa pun dan ketegangan di perbatasan Ukraina meningkat lebih lanjut minggu ini. NATO mengatakan pihaknya memperkuat pencegahannya di wilayah Laut Baltik dan AS memerintahkan 8.500 tentara dalam siaga lebih tinggi untuk kemungkinan penyebaran ke Eropa sebagai bagian dari pasukan tanggapan aliansi jika perlu. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga mengatakan dia siap mengirim pasukan untuk melindungi sekutu NATO di Eropa.
Terlebih lagi Moskow telah menolak tuntutan Barat untuk menarik pasukannya kembali dari daerah dekat Ukraina. Rusia mengatakan akan mengerahkan dan melatih pasukan di mana pun diperlukan di wilayahnya sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya tindakan bermusuhan oleh AS dan sekutunya.
Penduduk Kiev, Andrey Chekonovsky, mengatakan warga Ukraina telah hidup dengan ancaman serangan Rusia selama delapan tahun. "Dan saya pikir fakta yang kami khawatirkan sekarang terkait dengan permainan diplomatik," ujarnya.
Sedangkan warga Ukraina lainnya mengawasi dengan waspada. "Tentu saja kami takut akan agresi dan perang Rusia, yang akan menyebabkan pemiskinan lebih lanjut di Ukraina. Tetapi kami akan dipaksa untuk berjuang dan membela diri," kata seorang pekerja konstruksi berusia 46 tahun di Kiev, Dmytro Ugol.