Kamis 27 Jan 2022 22:50 WIB

PBB Kembali Serukan Dunia Tingkatkan Bantuan untuk Afghanistan

PBB minta aset milik Afghanistan yang dibekukan sejak Taliban berkuasa dicairkan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres
Foto: AP/Hassan Ammar
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kembali menyerukan negara-negara meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan. Dia pun meminta agar aset milik Afghanistan yang dibekukan sejak Taliban berkuasa dicairkan.

“Waktu sangat penting. Tanpa tindakan, nyawa akan hilang, dan keputusasaan serta ekstremisme bakal tumbuh,” kata Guterres saat berbicara di Dewan Keamanan PBB, Rabu (26/1/2022), dikutip laman Gulf Today.

Baca Juga

Guterres mengungkapkan, Amerika Serikat (AS) yang mengumumkan akan mengucurkan dana sebesar 308 juta dolar AS tetap menjadi penyumbang terbesar bagi Afghanistan. “Lebih banyak dukungan dari komunitas internasional diperlukan untuk memenuhi tingkat kebutuhan luar biasa yang dialami rakyat Afghanistan,” ucapnya.

Guterres mengatakan, bulan lalu dana perwalian rekonstruksi Bank Dunia untuk Afghanistan mentransfer 280 juta dolar AS ke UNICEF dan Program Pangan Dunia (WFP). Menurut dia, sisa 1,2 juta dolar AS harus segera dikeluarkan untuk membantu warga Afghanistan bertahan hidup di musim dingin.

Menurut Guterres, saat ini lebih dari separuh populasi di Afghanistan menghadapi tingkat kelaparan ekstrem. “Lebih dari 80 persen pendudukan bergantung pada air minum yang terkontaminasi, dan beberapa keluarga menjuali bayi mereka untuk membeli makanan,” katanya.

Bulan lalu, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi yang menyatakan bahwa penyaluran bantuan kemanusiaan ke Afghanistan tidak melanggar sanksi terhadap Taliban. Afghanistan kembali diperintah oleh Taliban sejak Agustus tahun lalu. Sejak itu pula krisis kemanusiaan di negara tersebut kian memburuk.

AS membekukan aset cadangan bank sentral Afghanistan senilai lebih dari 9 miliar dolar setelah Taliban mengambil alih kekuasaan. Taliban berulang kali menyerukan agar Washington mencairkan aset tersebut. Sebab dana itu dibutuhkan untuk menangani krisis di Afghanistan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement