Kamis 27 Jan 2022 22:30 WIB

PBB Minta Presiden Raisi Diselidiki dalam Pembantaian Iran 1988

Peran Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam pembantaian tapol 1998 perlu diselidiki

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden Iran Ebrahim Raisi
Foto: AP/Vahid Salemi
Presiden Iran Ebrahim Raisi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Mantan hakim dan penyelidik PBB terkemuka telah meminta Ketua Komisi Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet untuk menyelidiki pembantaian tahanan politik pada 1988 di Iran. Termasuk dugaan peran Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam pembantaian tersebut.

Surat terbuka yang dirilis pada Kamis (27/1/2022) ditandatangani oleh sekitar 460 orang. Termasuk mantan presiden Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), Sang Hyun-song, dan mantan duta besar Amerika Serikat (AS) untuk peradilan pidana global, Stephen Rapp.

Raisi menjabat sebagai presiden Iran pada Agustus lalu. Dia berada di bawah sanksi AS atas keterlibatannya sebagai salah satu dari empat hakim yang mengawasi pembunuhan pada 1988. Kantor Raisi tidak memberikan komentar soal penyelidikan tersebut.

Iran tidak pernah mengakui bahwa eksekusi massal terjadi di bawah pemimpin revolusioner Ayatollah Ruhollah Khomeini. Dia meninggal dunia pada 1989.

Amnesty International menyebutkan bahwa, jumlah orang yang dieksekusi sekitar 5.000. Dalam laporan 2018, organisasi hak asasi manusia itu mengatakan, jumlah orang yang dieksekusi kemungkinan lebih besar dari jumlah sebenarnya.

"Para pelaku terus menikmati impunitas. Mereka termasuk Presiden Iran saat ini Ebrahim Raisi dan kepala kehakiman Gholam-Hossein Mohseni Ejei," kata isi dari surat terbuka itu.  

Sejak Raisi terpilih sebagai presiden, Ejei menggantikannya sebagai kepala peradilan Iran. Dalam konferensi pers pada Juni 2021, Raisi sempat ditanya tentang tuduhan para aktivis bahwa dia terlibat dalam pembantaian itu.

"Jika seorang hakim, seorang jaksa telah membela keamanan rakyat, dia harus dipuji. Saya bangga telah membela hak asasi manusia di setiap posisi yang saya pegang sejauh ini," kata Raisi menjawab pertanyaan wartawan.

Surat itu ditulis oleh kelompok Justice for Victims of the Massacre 1988 di Iran yang berbasis di Inggris. Surat tersebut juga dikirim ke Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Penyelidik PBB untuk hak asasi manusia di Iran yang akan melapor ke sidang tersebut, Javaid Rehman, menyerukan penyelidikan independen atas tuduhan eksekusi yang diperintahkan Iran pada 1988 dan peran yang dimainkan oleh Raisi sebagai wakil jaksa Teheran.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement