REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Ebrahim Raisi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani ke negaranya, Kamis (27/1/2022). Momen pertemuan mereka dimanfaatkan untuk membahas perkembangan isu di kawasan.
“Hari ini saya bertemu Presiden Iran di Teheran. Saya menyampaikan salam (Emir Qatar) Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, membahas perkembangan regional terkini, dan membahas sejumlah isu yang akan menjamin stabilitas di kawasan,” kata Sheikh Mohammed lewat akun Twitter pribadinya, dikutip Anadolu Agency.
Dia mengungkapkan, Qatar ingin meningkatkan relasi dengan Iran di segala bidang. Sheikh Mohammed kemudian menyampaikan undangan Emir Qatar ke Raisi untuk menghadiri acara Gas Exporting Countries Forum (GECF) yang bakal digelar di Doha.
Pada kesempatan itu, Raisi menyinggung tentang kehadiran elemen “asing” di kawasan. Menurutnya hal itu mereduksi keamanan dan menimbulkan kekhawatiran. “Orang asing tidak menghormati identitas penduduk setempat. Mereka melihat diri mereka sebagai penguasa dunia,” ujar Raisi.
Raisi tak mengungkap secara gamblang siapa yang dia maksud dengan pihak “asing” itu. Raisi mengatakan, negara-negara di kawasan harus memperkuat hubungan. Hal itu akan berdampak pada perdamaian dan keamanan.
Sebelumnya beredar kabar bahwa kunjungan Sheikh Mohammed ke Teheran bertujuan untuk memfasilitasi pembicaraan langsung antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Sebab kunjungan itu dilakukan saat Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani hendak berkunjung ke Washington dan bertemu Presiden AS Joe Biden. “Meskipun Doha dan Teheran memiliki hubungan yang baik dan dekat, kunjungan ini telah memicu beberapa kesalahpahaman, Beberapa mengarangnya untuk memfasilitasi pembicaraan langsung dengan AS,” kata kantor berita Iran, Islamic Republic News Agency (IRNA) saat memberitakan kunjungan Sheikh Mohammed.
Saat ini Iran dan AS memang tengah terlibat perundingan pemulihan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) di Wina, Austria. Pembicaraan yang berlangsung sejak April 2021 itu sudah memasuki putaran kedelapan. Namun selama ini, Iran dan AS tak terlibat langsung dalam perundingan. Pihak lain dalam JCPOA, yakni Rusia, Cina, Prancis, Inggris, dan Jerman harus bolak-balik bertemu dengan perwakilan kedua negara.