Sabtu 29 Jan 2022 10:30 WIB

Ahli: CDC Harus Lebih Banyak Lagi Lacak Kasus Infeksi Terobosan

Jumlah kasus terobosan di AS hanya menghitung orang yang mengalami kasus parah saja.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin Covid-19 (ilustrasi). Orang yang sudah divaksinasi masih dapat mengalami kasus terobosan (breakthrough infection).
Foto:

Seorang juru bicara CDC mengatakan bahwa agensi tidak terus-menerus memantau tingkat kasus terobosan Covid-19 dan rawat inap serta kematian terkaitnya setiap bulan. Data ini dilaporkan berdasarkan saat pasien diuji, bukan tanggal mereka meninggal.

photo
Sudah divaksinasi, orang masih bisa kena Covid-19. - (Republika)

Kematian biasanya terjadi hingga 30 hari setelah diagnosis. Inilah yang membuat CDC mengizinkan setidaknya empat pekan jeda waktu untuk menghubungkan data pengawasan kasus ke Sistem Informasi Imunisasi  (IIS) dan jeda waktu hingga satu bulan setelah diagnosis untuk memasukkan kasusnya ke data catatan vital.

Profesor dan wakil presiden eksekutif Scripps Research, Eric Topol, mengatakan bahwa pelaporan data terobosan vaksinasi CDC sangat tidak memadai. Ketika pandemi pertama kali dimulai, menurut serta pendiri dan direktur Scripps Research Translational Institute itu, tingkat perlindungan dari vaksin dapat diinterpretasikan dengan memantau perbandingan antara infeksi terobosan di antara warga yang telah divaksinasi dengan kasus Covid-19 pada warga yang tidak divaksinasi.

Sementara itu, seorang ahli epidemiologi dan profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg di Baltimore, David Dowdy mengatakan bahwa data CDC hanya menunjukkan perbandingan orang yang telah divaksinasi dengan yang sebelumnya terinfeksi dengan virus penyebab Covid-19.

Dowdy mengatakan, sebagian besar populasi yang tidak divaksinasi telah terinfeksi. Selain itu, pengukuran infeksi terobosan lebih sulit untuk ditafsirkan.

Infeksi Covid-19 di antara orang yang divaksinasi tidak umum dengan varian delta, tetapi karena varian omicron lebih menular maka kasus infeksi terobosan sering terlihat. Sanghavi juga mencatat infeksi terobosan terjadi di antara orang yang divaksinasi karena kekebalan mereka berkurang seiring waktu.

Sanghavi mengatakan karena vaksin dibuat untuk strain yang berbeda dari varian omicron, maka kemanjuran vaksin mungkin tidak sebaik dahulu ketika berhadapan dengan varian omicron. Apalagi jika dibandingkan dengan delta atau varian alpha, yang menjadi sasaran awalnya.

Direktur Institut Yale untuk Kesehatan Global, Saad Omer mengatakan bahwa melacak infeksi terobosan yang tidak parah juga penting. Dalam pandemi ini, Omer mengatakan tim peneliti dan ilmuan “mengejar” wabah.

Cara mengendalikan wabah adalah dengan mengatasinya. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mendeteksi sinyal-sinyal awal ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement