REPUBLIKA.CO.ID, PRAHA -- Ribuan warga Ceko berkumpul di Alun-alun Wenceslas, Praha, pada Ahad (30/1/2022), waktu setempat. Mereka mengibarkan bendera dan meneriakkan slogan menentang pembatasan COVID-19, bahkan saat kasus melonjak.
Massa terutama menentang pembatasan yang lebih ketat bagi orang-orang yang tidak divaksin. Salah satu yang ditentang, yakni larangan makan di restoran.
"Negara harus mendengarkan tuntutan rakyat. Aturan dan pembatasan menjerumuskan kami ke jalan menuju neraka," kata salah satu pengunjuk rasa bernama Zuzana Vozabova, dilansir dari reuters, Senin (31/1/2022).
Negara berpenduduk 10,7 juta jiwa itu melaporkan angka kasus harian tertinggi pada Rabu, yakni 54.689 kasus. Beberapa hari belakangan jumlah kasus juga naik sejak pandemi melanda.
Kendati angka kasus meroket, pemerintah pekan lalu membatalkan keputusan vaksinasi COVID-19 wajib bagi profesional esensial dan kaum lansia untuk menghindari jurang yang semakin mendalam di masyarakat. Perdana Menteri Petr Fiala mempersingkat masa karantina dan isolasi guna mengantisipasi varian Omicron, seraya menggelar tes COVID wajib di perusahaan-perusahaan.
Hingga Sabtu, tercatat 1.989 pasien rawat inap, jauh di bawah kisaran angka 7.000 yang dilaporkan selama gelombang sebelumnya pada akhir November hingga Desember. Ceko melaporkan total 37.184 korban meninggal karena COVID-19, salah satu tingkat per kapita paling parah di dunia.