Kamis 03 Feb 2022 22:10 WIB

UAE Cegat dan Hancurkan Tiga Drone

UEA menghadapi sejumlah serangan dalam beberapa pekan terakhir oleh Houthi

Asap mengepul di atas lingkungan setelah serangan udara yang dipimpin Saudi-UEA menargetkan posisi di Sana
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Asap mengepul di atas lingkungan setelah serangan udara yang dipimpin Saudi-UEA menargetkan posisi di Sana

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Uni Emirat Arab (UAE) mencegat dan menghancurkan tiga pesawat nirawak (drone) yang memasuki wilayah udaranya di atas kawasan tak berpenghuni pada Rabu (2/2/2022) pagi, kata kementerian pertahanan UAE. Pusat bisnis dan wisata itu telah menghadapi sejumlah serangan dalam beberapa pekan terakhir yang dilancarkan kelompok Houthi dukungan Iran di Yaman.

Sebuah rudal ditembakkan pada Senin selama kunjungan Presiden Israel ke negara Teluk itu. Kemenhan UAE di Twitter mengatakan pihaknya "siap menghadapi setiap ancaman" dan mengambil "semua langkah yang diperlukan" untuk melindungi negara itu dan teritorialnya.

Houthi mengakui tiga serangan terakhir terhadap UAE, termasuk satu serangan pada 17 Januari yang menewaskan tiga orang di Abu Dhabi, namun belum mengumumkan tentang operasi yang baru. Serangan drone pada Rabu diklaim oleh sebuah kelompok kurang dikenal yang menyebut diri mereka sebagai "Brigade Janji Sejati", menurut SITE Intelligence Group yang berbasis di Amerika Serikat. Kelompok itu pernah mengakui serangan pada Januari 2021. Mereka mengatakan meluncurkan drone pada Arab Saudi, pemimpin koalisi yang beranggotakan UAE, dan terlibat di Yaman.

Houthi telah memfokuskan serangan rudal lintas perbatasan dan peluncuran drone di Arab Saudi dalam konflik yang telah berlangsung tujuh tahun itu. Namun, bulan lalu Houthi memperluas serangannya ke UAE setelah pasukan Yaman yang didukung UAE ikut bertempur melawan mereka di kawasan penghasil minyak itu.

Pada Selasa, AS mengatakan sedang mengerahkan jet-jet tempur untuk membantu UAE yang mendapat sejumlah serangan, salah satunya menyasar pangkalan militer AS di sana. Perang Yaman dianggap sebagai perang proksi antara kelompok Sunni Arab Saudi dan kelompok Syiah Iran. Koalisi mulai terlibat pada Maret 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah Yaman dari ibu kota Sana'a.

Menteri luar negeri Iran membahas krisis Yaman dengan mitranya dari UAE lewat telepon pada Rabu. UAE mengurangi secara besar-besaran kehadiran militernya di Yaman pada 2019 di tengah kebuntuan dan ketegangan kawasan yang meningkat dengan Iran. Namun mereka memegang kekuasaan lewat pasukan lokal yang dipersenjatai dan dilatih. Mereka juga ikut bergabung dalam serangan-serangan udara yang dilancarkan koalisi.

sumber : Antara / Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement