REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyuarakan keprihatinan atas pengerahan pasukan Rusia ke Belarusia baru-baru ini. NATO menegaskan, pihaknya siap terlibat dalam dialog untuk mengurangi ketagangan.
“Selama beberapa hari terakhir, kami telah melihat pergerakan signifikan pasukan militer Rusia ke Belarusia. Ini adalah penempatan Rusia terbesar di sana sejak Perang Dingin,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Brussels, Kamis (3/2), dikutip Anadolu Agency.
Dia mengungkapkan, Rusia turut mengerahkan berbagai peralatan militer modern ke Belarusia. “NATO terus meminta Rusia untuk mengurangi eskalasi. Agresi Rusia lebih lanjut akan memiliki konsekuensi yang parah dan membawa harga yang mahal,” ucapnya.
Dia menekankan, NATO siap membahas upaya-upaya untuk mengurangi ketegangan lebih lanjut. “Kami tetap siap terlibat dalam dialog yang berarti dan sudah menyampaikan proposal tertulis ke Rusia,” ujarnya.
Namun Stoltenberg menegaskan, NATO tidak akan berkompromi pada prinsip-prinsip inti. Dalam hal ini yaitu hak sebuah negara untuk memilih jalannya sendiri dan kemampuan NATO untuk melindungi serta membela semua sekutunya.
Dia mengatakan NATO berkomitmen menemukan solusi politik untuk krisis ini. Namun pada saat bersamaan, NATO pun harus mempersiapkan diri untuk skenario terburuk. Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan, NATO dan Amerika Serikat (AS) telah mengabaikan tuntutan Moskow tentang jaminan keamanan.
"Izinkan saya mencatat bahwa kami menganalisis dengan cermat tanggapan tertulis yang diterima dari AS dan NATO pada 26 Januari. Namun, sudah jelas, dan saya memberi tahu Perdana Menteri tentang hal itu, bahwa kekhawatiran mendasar Rusia diabaikan," kata Putin dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban pada Selasa (1/2), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Putin mengungkapkan, tidak ada tanggapan yang memadai atas tiga tuntutan utama Rusia. Tuntutan tersebut adalah tentang mencegah ekspansi NATO, non-penempatan senjata serang dekat perbatasan Rusia, dan mengembalikan infrastruktur militer NATO di Eropa ke posisi yang ada pada 1997. Pada tahun tersebut Russia-NATO Founding Act ditandatangani.
"Pada saat yang sama, mengabaikan kekhawatiran kami, AS dan NATO umumnya mengacu pada hak negara untuk secara bebas memilih cara untuk memastikan keamanan mereka. Tapi ini bukan hanya tentang memberi seseorang hak untuk bebas memilih bagaimana memastikan keamanan mereka,” ujar Putin.
Menurutnya, hal itu merupakan satu bagian dari prinsip keamanan yang tidak dapat dibagi-bagi. "Bagian kedua yang tidak dapat dicabut mengatakan bahwa tidak seorang pun boleh memperkuat keamanan mereka dengan mengorbankan keamanan negara-negara lain," ucap Putin.
AS dan NATO telah menuduh Rusia merencanakan serangan ke Ukraina. Moskow disebut telah mengerahkan lebih dari 120 ribu tentara di perbatasannya, termasuk menempatkan tank-tank dan artileri. Rusia juga mengerahkan pasukannya ke perbatasan Belarusia, tepat di utara Ukraina, AS telah memperingatkan Belarusia agar tak membantu Rusia jika mereka melakukan agresi ke Ukraina.