REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kerajaan Arab Saudi kembali memberlakukan penggunaan hasil tes PCR negatif atau antigen negatif 48 jam sebelum keberangkatan, terlepas dari status imunisasi mereka. Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Letnan Kolonel Talal Al-Shalhoub menyebut hal ini berlaku bagi mereka yang datang dari luar Arab Saudi, termasuk warga negara.
Dalam kegiatan konferensi pers Ahad (6/2/2022) kemarin, ia kembali menegaskan pembaruan keamanan terkait pandemi Covid-19. Seperti yang telah dinyatakan Kementerian Dalam Negeri sebelumnya, semua warga negara Saudi harus mendapatkan dosis booster vaksin Covid-19 untuk bepergian ke luar Kerajaan, mulai dari 9 Februari (8 Rajab).
Dia menyatakan, status imunisasi adalah hal yang wajib bagi siapa pun yang ingin menghadiri acara sosial, ekonomi, komersial, budaya, ilmiah, hiburan atau olahraga, naik pesawat dan transportasi umum di negara tersebut.
Dilansir di Saudi Gazette, Senin (7/2/2022), Al-Shalhoub mengungkapkan total 24.319 pelanggaran protokol kesehatan terdeteksi selama seminggu terakhir di semua wilayah Kerajaan.
Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Dr Muhammad Al-Abdel Ali mengatakan dunia hampir mencatat 400 juta kasus terkonfirmasi Covid-19. Dia juga mengkonfirmasi kurva infeksi di Arab Saudi sedang menuju ke bawah, seperti yang diharapkan setelah puncaknya yang tinggi terjadi dalam dua minggu terakhir.
Juru bicara itu juga mengatakan tingkat tes Covid-19 di Kerajaan telah meningkat dari 5 menjadi 7 kali lipat tahun-tahun sebelumnya, mencapai sekitar 150.000 tes per hari.
Kasus baru Covid-19 di Arab Saudi terus merosot di bawah angka 4.000 pada Ahad kemarin, dengan 3.260 infeksi baru tercatat selama 24 jam terakhir. Arab Saudi telah memberikan lebih dari 58 juta dosis vaksin hingga saat ini sejak dimulainya vaksinasi.