REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken akan berkunjung ke Pasifik pada pekan ini. Ia hendak mengingatkan dunia fokus strategi jangka-panjang Washington masih kawasan Asia-Pasifik meski hubungan dengan Rusia atas Ukraina semakin memanas.
Pada Senin (7/2/2022) Blinken dijadwalkan berangkat menuju Australia, Fiji dan Hawaii. Ia akan bertemu dengan sekutu-sekutu dekat AS dan menegaskan kembali komitmen Washington melawan balik apa yang AS sebut "koersi" ekonomi dan militer Cina di kawasan.
Pekan ini Washington akan menggelar rapat dengan kelompok informal Quad yang terdiri dari Australia, India, Jepang dan AS. Kelompok itu akan membahas peningkatan upaya diplomatik dengan Korea Utara (Korut) dan kekhawatiran AS mengenai pembangunan pangkalan militer Cina di pulau-pulau Pasifik.
Kunjungan Blinken dilakukan beberapa hari setelah China dan Rusia mendeklarasikan strategi kerja sama "tanpa batas" dalam pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Beijing. AS melakukan boikot diplomatik pada ajang olahraga tersebut.
Deklarasi itu merupakan pernyataan paling tegas dan detail kerja sama Cina dan Rusia dalam menghadapi AS. Kedua negara tersebut ingin membangun ketertiban internasional baru berdasarkan demokrasi dan hak asasi yang mereka tafsirkan sendiri.
Diplomat Departemen Luar Negeri AS untuk wilayah Asia Timur Daniel Kritenbrink mencaci Presiden Cina Xi Jinping dalam konferensi pers kunjungan Blinken ke Pasifik. Ia mengatakan pertemuan Xi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin harusnya menjadi kesempatan untuk meredakan ketegangan di perbatasan Ukraina.
China dan Rusia berjanji untuk saling melindungi kepentingan masing-masing. Tampaknya hal itu mengenai Rusia dengan Ukraina serta Cina dengan Taiwan, pulau yang mengklaim negara merdeka tapi diklaim Beijing.
Dalam pernyataan bersama dua negara itu mengecam langkah AS mengancam kepentingan Cina melalui AUKUS. Perjanjian antara AS, Inggris dan Australia untuk menyediakan teknologi agar Canberra dapat membangun kapal selam berkekuatan nuklirnya sendiri.
Pengamat Asia dan Australia di lembaga think tank Center for Strategic and International Studies, Charles Edel mencatat kunjungan Blinken ke Australia walaupun masih terjadi ketegangan dengan Rusia mengenai Ukraina dan dengan negara-negara anggota NATO.
"Kunjungannya menekankan betapa pentingnya dan menantangnya bagi Washington untuk mempertahankan fokus di Indo-Pasifik," kata Edel.
Saat ini hubungan AS-Cina berada di titik terendahnya dalam beberapa dekade terakhir. Dua perekonomian terbesar di dunia itu tidak sepakat dengan berbagai isu mulai dari Hong Kong, perlakuan Cina pada etnis Uighur di wilayah Xinjiang dan tentang Laut Cina Selatan.
Potensi invasi Rusia ke Ukraina yang menjadi ancaman konflik besar di Eropa sejak Perang Dingin berakhir memperumit situasi. Dalam rapatnya Quad dijadwalkan membahas kebijakan perubahan iklim dan penyaluran vaksin Covid-19 ke negara-negara Asia Tenggara.
Dalam pertemuannya dengan perdana menteri Fiji dan pemimpin-pemimpin kepulauan Pasifik, Blinken diperkirakan akan membahas kebijakan perubahan iklim dan keamanan dan stabilitas di kawasan. Ambisi Cina di kawasan itu juga tampaknya akan diangkat.
"Kecepatan dan besarnya jangkauan Cina di Kepulauan Pasifik telah menjadi tanda peringatan," kata diplomat AS untuk Asia Timur pemerintahan mantan Presiden Barack Obama, Daniel Russell yang kini bekerja di Asia Society Policy Institute.