REPUBLIKA.CO.ID, VILNIUS -- Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sedang mempertimbangkan untuk memperkuat militernya di negara-negara Baltik dan Polandia jika jika pasukan Rusia bertahan di Belarus setelah latihan militer. Hal tersebut disampaikan kepala komite militer NATO pada Senin (7/2/2022).
Rusia menempatkan 30.000 anggota pasukan di Belarus, negara tetangga Ukraina di utara, untuk melakukan latihan militer gabungan bulan ini, kata NATO, sehingga totalnya menjadi lebih dari 100.000 personel. Pekan lalu, Amerika Serikat mengirim 3.000 tentara ke Romania dan Polandia untuk memperkuat para sekutu, sementara Jerman mengaku sedang memikirkan untuk memperkuat kehadiran militer di Lithuania.
Kemungkinan ada pengerahan lanjutan dari sekutu NATO, kata ketua badan strategi utama NATO asal Belanda Rob Bauer."Di mana kami memiliki pasukan di aliansi tanpa henti, di berbagai negara --perdebatan soal itu merupakan hasil dari hal-hal yang sedang berlangsung saat ini. Ya, kami melihat kemungkinan ini. Mungkin terjadi perubahan di masa depan sebagai akibat dari perkembangan-perkembangan ini," kata Bauer saat konferensi pers di Vilnius, ibu kota Lithuania.
"Tentu saja, itu sangat bergantung, pada apakah pasukan Rusia di Belarus masih berada di Belarus," katanya.
Moskow mengaku tidak berencana menyerang Ukraina, tetapi bisa mengambil aksi militer tak terduga seandainya tuntutan keamanan mereka tidak dipenuhi, termasuk janji bahwa NATO tidak akan pernah menerima keanggotaan Ukraina. AS dan aliansi keamanan Barat beranggotakan 30 negara itu menganggap tuntutan Rusia tersebut tidak dapat diterima.
"Jika Anda melihat penambahan kekuatan, Rusia sebenarnya memiliki pasukan yang cukup untuk benar-benar melakukan invasi pada akhir bulan ini," kata Bauer.
"Apakah mereka melakukan itu, apakah mereka memiliki niatan yang benar atau tidak, kita tidak tahu."
Pengerahan terbaru pasukan di perbatasan Belarus meliputi rumah sakit darurat dan unit bantuan lainnya yang diperlukan untuk mendukung serangan militer, kata Bauer menambahkan.
"Jika ada yang benar-benar mempertimbangkan melakukan invasi, mereka sebenarnya membutuhkan lebih dari sekedar pasukan tempur. Dan itu sesuatu yang juga kami lihat, yang semakin bergerombol di sepanjang perbatasan-perbatasan dengan Ukraina serta perbatasan Belarus dengan Ukraina. Itu sendiri sangat mengkhawatirkan," katanya.