Rabu 09 Feb 2022 15:33 WIB

WHO Minta Negara Kaya Patungan Bantu Atasi Pandemi Negara Penghasilan Rendah

55 negara kaya di dunia diminta menyediakan dana 23 miliar dolar AS.

Rep: Rizky Jaramaya/Kamran Dikarma / Red: Friska Yolandha
Seorang warga Zimbabwe mengikuti tes Covid-19 di pusat kesehatan di Harare, Kamis (3/2/2022).
Foto: AP Photo/Tsvangirayi Mukwazhi
Seorang warga Zimbabwe mengikuti tes Covid-19 di pusat kesehatan di Harare, Kamis (3/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (9/2) mendesak negara kaya membantu negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk meningkatkan perawatan kesehatan, serta vaksinasi Covid-19. Hal ini merupakan langkah untuk mengakhiri pandemi Covid-19 sebagai darurat kesehatan global.

WHO meminta 55 negara terkaya di dunia untuk menyediakan dana sebesar 23 miliar dolar AS. Dana itu akan digunakan untuk program Accelerator Access to COVID-19 Tools (ACT), yaitu sebuah inisiatif global yang dibentuk untuk mengembangkan dan mendistribusikan tes, perawatan, serta vaksin secara adil.

Baca Juga

“Mendukung peluncuran alat untuk memerangi Covid-19 secara global akan membantu mengekang penularan virus, memutus siklus varian, meringankan pekerja dan sistem kesehatan yang terbebani, dan menyelamatkan nyawa,” kata WHO dalam sebuah pernyataan, dilansir Aljazirah.

WHO mencatat, hanya 10 persen orang di negara-negara berpenghasilan rendah yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19. Jumlah tersebut berada di bawah cakupan vaksinasi negara-negara kaya yang mencapai 68 persen. WHO mengatakan, dari 4,7 miliar tes Covid-19 yang telah dilakukan secara global, hanya 22 juta yang dilakukan di negara-negara berpenghasilan rendah atau 0,4 persen dari jumlah total.

"Ketidakadilan besar-besaran ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga merugikan ekonomi dan berisiko munculnya varian baru yang lebih berbahaya yang dapat merampas efektivitas alat-alat saat ini dan bahkan membuat populasi yang sangat divaksinasi mundur berbulan-bulan,” kata pernyataan WHO.

Donasi dari negara kaya akan memungkinkan ACT-Accelerator untuk mendorong peluncuran vaksinasi, yang dapat membantu mencapai target global dengan cakupan 70 persen di semua negara pada pertengahan 2022. Donasi ini juga akan digunakan untuk membeli alat tes, perawatan, oksigen, dan peralatan pelindung pribadi yang dibutuhkan di negara-negara berpenghasilan rendah.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, penyebaran varian omicron mendesak pendistribusian alat tes Covid-19, vaksin, dan perawaran kesehatan yang merata secara global. Menurut Tedros, donasi dari negara kaya untuk program ACT-Accelerator dapat mendukung negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk mengatasi tingkat vaksinasi Covid-19 yang rendah, pengujian yang lemah, dan kekurangan obat-obatan. 

"Sains memberi kita alat untuk melawan Covid-19, jika mereka dibagikan secara global dalam solidaritas, kita dapat mengakhiri Covid-19 sebagai darurat kesehatan global tahun ini," ujar Tedros.

Afrika Selatan dan Norwegia, yang menjadi salah satu ketua Dewan Fasilitator ACT-Accelerator, mengatakan, mereka telah menulis surat kepada 55 negara terkaya untuk meminta donasi sesuai jumlah yang dibutuhkan. Permintaan "bagian yang adil" dihitung berdasarkan ukuran ekonomi suatu negara.

Menurut WHO, hanya enam negara yang memenuhi atau melampaui komitmen “fair-share” tahun lalu. Mereka adalah Kanada, Jerman, Kuwait, Norwegia, Arab Saudi, dan Swedia.

Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Sore mengatakan, ACT-Accelerator adalah kepentingan bersama bagi semua negara. Menurutnya, diperlukan upaya kolektif yang luas untuk memerangi pandemi Covid-19.

“Apa yang kami pelajari dari pandemi ini adalah bahwa itu tidak dapat dilawan oleh negara-negara yang bekerja sendiri,” ujar Sore. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement