REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban telah menghapus semua simbol dan logo dari peninggalan pemerintah Afghanistan sebelumnya yang didukung Barat. Taliban menghapus mural pahlawan nasional, dan menurunkan bendera Afghanistan.
Taliban juga menghancurkan tugu peringatan untuk menghormati mereka yang tewas dalam serangan Taliban di masa lalu. Sementara itu, dinding yang terkena ledakan ditutup dengan slogan Islamic Emirate of Afghanistan.
“Dengan bantuan Tuhan, bangsa kita mengalahkan Amerika,” ujar salah satu slogan yang ditulis Taliban, dilansir Alarabiya, Rabu (9/2/2022).
Sebagian besar pemilik salon kecantikan di Kabul telah menghapus poster wanita dengan riasan lengkap dan gaya rambut modis, yang biasanya dipajang di pintu masuk. Sementara, foto ikon komandan anti-Taliban Ahmad Shah Massoud yang terpajang di hampir setiap lingkungan kota telah ditutupi.
Di sebuah puncak bukit yang menghadap Kabul, bendera nasional Afghanistan dari rezim sebelumnya telah diturunkan. Sebagian besar tiang bendera saat ini berdiri tanpa mengibarkan bendera di tengah taman bersalju. Selain itu, Taliban menambah pos pemeriksaan dan ketika malam hari tidak ada kendaraan yang melintas.
Sejak berkuasa pada pertengahan Agustus tahun lalu, Taliban telah memberlakukan pembatasan yang sebagian besar menyasar perempuan dan anak perempuan. Taliban melarang perempuan kembali bekerja selain di bidang kesehatan dan pendidikan.
Selain itu, Taliban melarang anak perempuan sekolah menengah kembali ke kelas. Hal tersebut mengingatkan kebijakan keras yang diterapkan Taliban ketika berkuasa pada 1990an. Ketika itu, Taliban mewajibkan perempuan mengenakan burqa dan ditemani oleh kerabat laki-laki saat keluar rumah.
Sebelumnya Taliban menghentikan puluhan warga Afghanistan yang hendak meninggalkan negara mereka secara ilegal melalui jalur udara. Seorang pejabat tinggi Taliban mengatakan, beberapa perempuan ikut ditahan sampai mereka dijemput oleh kerabat laki-laki mereka.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, sebuah kelompok warga telah berusaha untuk pergi meninggalkan Afghanistan dengan penerbangan dari kota Mazar-i-Sharif. "Empat puluh orang ditangkap. Mereka ingin pergi ke luar negeri secara ilegal dengan pesawat," kata Mujahid.
Puluhan ribu warga Afghanistan masih putus asa untuk meninggalkan negaranya. Mereka takut Taliban akan melakukan tindakan pembalasan, karena hubungan mereka dengan pasukan asing atau rezim pemerintahan sebelumnya yang didukung Amerika Serikat (AS).
Taliban mengatakan, setiap warga Afghanistan diizinkan untuk meninggalkan negara tersebut, selama mereka memiliki dokumen resmi termasuk visa. Tetapi untuk mendapatkan dokumen resmi di Afghanistan sangat sulit, karena hanya segelintir kedutaan yang beroperasi sejak Taliban mengambil alih Kabul pada Agustus 2021.
Taliban meminta warga Afghanistan yang memiliki keterampilan dan pelatihan membantu membangun kembali negara itu. Taliban berjanji akan melakukan pendekatan yang lebih lembut sejak kembali berkuasa. Mereka berkomitmen tidak menerapkan aturan keras ketika berkuasa pada 1996-2001. Namun Taliban tetap memberlakukan beberapa pembatasan pada perempuan.
Kaum perempuan dilarang melakukan perjalanan jarak jauh kecuali ditemani oleh kerabat dekat laki-laki. Perempuan juga dilarang kembali bekerja di sebagian besar sektor pemerintahan.
Dalam beberapa minggu terakhir, para aktivis wanita telah melakukan protes kecil dan sporadis di Kabul dan kota-kota lain. Tetapi Taliban membubarkan aksi unjuk rasa tersebut dengan paksa.