REPUBLIKA.CO.ID, VATICAN CITY -- Paus Fransiskus pada Rabu (9/2/2022) mengatakan, perang di Ukraina akan menjadi 'kegilaan' jika terjadi. Dia pun berharap ketegangan antara Ukraina dan Rusia dapat diatasi melalui perundingan multilateral ketikan ancaman perang semakin tinggi.
Paus Fransiskus juga berterima kasih kepada siapapun yang turut serta dalam doa bersama global untuk perdamaian di Ukraina pada 26 Januari lalu. "Mari kita terus memohon kepada Tuhan perdamaian agar ketegangan dan ancaman perang dapat diatasi melalui dialog yang serius dan agar pembicaraan Format Normandia dapat berkontribusi untuk tujuan ini," katanya.
Format Normandia yang disebut Paus Fransiskus merujuk pada negosiasi yang melibatkan Rusia dan Ukraina, yang difasilitasi oleh Jerman dan Prancis. Perundingan menghasilkan apa yang disebut sebagai protokol Minsk.
Protokol Minsk merupakan serangkaian kesepakatan yang ditandatangani pada 2014 dan 2015 oleh pemimpin Ukraina, Rusia, Prancis, dan Jerman. Protokol tersebut diteken sebagai tanggapan terhadap aneksasi Rusia atas Krimea. Protokol tersebut juga menyebutkan upaya mengakhiri perang separatis di Donbass, Ukraina timur.
"Dan jangan lupa. Perang adalah kegilaan," kata Paus Fransiskus. Sebagian besar orang Ukraina menganut Kristen Ortodoks, namun negara itu juga merupakan rumah bagi Gereja Katoliknya sendiri. Mereka mempraktikkan ritus timur yang mirip dengan ibadah Ortodoks sambil menyatakan kesetiaan kepada Paus di Roma.
Pada Selasa, pemimpin umat Katolik ritus Timur Ukraina mengatakan dia telah mengundang Paus Fransiskus untuk berkunjung. Dia menyebutnya sebagai isyarat besar yang akan membantu perdamaian.
Rusia telah mengumpulkan pasukan di dekat wilayah Ukraina. Namun berulang kali menyangkal tuduhan Barat bahwa mereka merencanakan serangan.