REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengatakan terus mendukung rumah sakit dan fasilitas kesehatan di barat laut Suriah yang dikuasai oposisi. WHO memberikan bantuan kepada lebih dari 4 juta orang yang tinggal di zona konflik.
WHO menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh Anadolu Agency tentang warga sipil di Suriah yang tak dapat layanan rumah sakit setelah lembaga bantuan internasional menghentikan bantuan mereka ke 18 rumah sakit di dan sekitar provinsi barat laut Idlib.
Para warga yang mengungsi secara paksa akibat rezim Bashar al-Assad dan para pendukungnya tak mempunyai akses ke fasilitas kesehatan setelah penghentian bantuan tersebut.
"Kluster Kesehatan untuk Suriah barat laut, yang dipimpin oleh WHO, menerima laporan tentang beberapa rumah sakit yang akan berhenti berfungsi karena kurangnya sumber daya keuangan," kata WHO dalam sebuah pernyataan tertulis.
“WHO berencana untuk terus mendukung rumah sakit dan fasilitas perawatan kesehatan di barat laut Suriah dan memberikan bantuan kepada lebih dari 4 juta orang yang tinggal di zona konflik yang sedang berlangsung.”
Badan kesehatan dunia itu mengatakan mereka dan mitranya secara aktif mencari dana untuk mengatasi penutupan baru-baru ini dari beberapa rumah sakit yang didukungnya di barat laut Suriah.
Rumah sakit diserang rezim
Ketika perang saudara Suriah terus berkecamuk di tahun ke-11, rezim dan pendukungnya telah menyerang ratusan rumah sakit. Ratusan petugas kesehatan tewas dalam serangan ini, sementara banyak pusat kesehatan menjadi tidak dapat beroperasi setelah dukungan internasional untuk organisasi kesehatan terputus.
Puluhan ribu warga sipil sekarang kehilangan akes ke layanan rumah sakit di Idlib, karena provinsi tersebut kekurangan fasilitas kesehatan dan obat-obatan. Petugas kesehatan dan penduduk setempat menekankan perlunya melanjutkan bantuan internasional agar rumah sakit dibuka kembali dan perawatan dilanjutkan.
Ahmet Abu Hussein, yang terdampak akibat serangan rezim di distrik Maarat al-Numan di Idlib selatan, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa banyak orang menderita dalam kemiskinan. Dia mengatakan mereka tidak punya uang untuk mencari perawatan medis swasta atau bahkan membeli obat-obatan yang dibutuhkan.
Menyebut organisasi bantuan yang telah menghentikan dukungan keuangan ke rumah sakit di Idlib, Abu Hussein menggarisbawahi perlunya berbicara dan mempertimbangkan situasi warga sipil yang dipindahkan secara paksa.
"Cuacanya dingin. Rumah sakit tutup, seolah penderitaan orang yang tinggal di tenda di tengah kondisi musim dingin yang sulit tidak cukup," ungkap dia.
Fatma Hariri, yang juga mengungsi dari Maarat al-Numan, mengatakan dia tidak punya cara untuk pergi ke rumah sakit swasta dan tidak tahu harus berbuat apa.