Sabtu 12 Feb 2022 12:44 WIB

PBB Peringatkan 10.000 Militan ISIS Masih Aktif Bergerilya di Irak dan Suriah

Sekitar 10.000 gerilyawan ISIS yang masih aktif berperang di wilayah Suriah dan Irak.

Rep: Mabruroh/ Red: Didi Purwadi
 Pejuang Pasukan Demokrat Suriah mengambil bagian dalam operasi pembersihan di Hasaka, timur laut Suriah, 28 Januari 2022. Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS mengumumkan bahwa mereka telah merebut kembali kendali penuh penjara Ghwayran di kota Hasaka dan merebut kembali penjara Ghwayran di kota Hasaka. Mereka menangkap lusinan jihadis yang bersembunyi di penjara dan di rumah-rumah terdekat, setelah upaya jailbreak besar-besaran dari apa yang disebut militan kelompok Negara Islam (IS atau ISIS).
Foto: EPA-EFE/AHMED MARDNLI
Pejuang Pasukan Demokrat Suriah mengambil bagian dalam operasi pembersihan di Hasaka, timur laut Suriah, 28 Januari 2022. Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS mengumumkan bahwa mereka telah merebut kembali kendali penuh penjara Ghwayran di kota Hasaka dan merebut kembali penjara Ghwayran di kota Hasaka. Mereka menangkap lusinan jihadis yang bersembunyi di penjara dan di rumah-rumah terdekat, setelah upaya jailbreak besar-besaran dari apa yang disebut militan kelompok Negara Islam (IS atau ISIS).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kepala Kontra-Terorisme PBB, Vladimir Voronkov memperingatkan, ada sekitar 6.000 hingga 10.000 gerilyawan ISIS yang masih aktif berperang di wilayah Suriah dan Irak. PBB meminta kepada negara-negara anggotanya untuk tetap waspada agar kelompok garis keras tersebut tidak berkembang lebih besar lagi.

“ISIS telah mempertahankan kemampuannya dalam melancarkan serangan pada tingkat yang stabil, termasuk operasi tabrak lari, penyergapan dan bom pinggir jalan di kedua negara,” kata Voronkov, seperti dilansir dari Alaraby, Sabtu (12/2).

Gerilyawan ISIS juga terus menyerang pasukan pemerintah dan warga sipil. Tujuannya untuk memicu kepanikan dan meningkatkan tekanan pada pihak berwenang.

Voronkov pun mencontohkan serangan ISIS terhadap sebuah penjara yang terjadi baru-baru ini di Hasakeh, Suriah. Bentrokan yang menewaskan ratusan orang dan memperburuk krisis kemanusiaan di daerah tersebut.

''Serangan ke penjara adalah peringatan menghancurkan. Serangan ini menyadarkan kita tentang kapasitas kelompok ekstremis dalam melakukan kekerasan brutal,'' kata Voronkov.

Meskipun pasukan pimpinan Kurdi mampu merebut kembali kendali penjara,  kata Voronkov, namun ISIS mampu mengelompokkan kembali dan mengintensifkan kegiatannya setelah kekalahan besar.

"Operasi kontra-terorisme militer mungkin diperlukan, tetapi langkah-langkah komprehensif dengan fokus yang kuat pada pencegahan diperlukan untuk mengatasi dinamika yang memicu daya tarik terorisme," tambahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement