Sabtu 12 Feb 2022 22:06 WIB

Warga Suriah Demo Tuntut Demokrasi dan Kondisi Hidup Lebih Baik

Demo terjadi setelah pihak berwenang memutus 600 ribu keluarga dari program subsidi

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Demo terjadi setelah pihak berwenang memutus 600 ribu keluarga dari program subsidi. Ilustrasi.
Foto: AP
Demo terjadi setelah pihak berwenang memutus 600 ribu keluarga dari program subsidi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS - Dalam aksi demonstrasi yang jarang terjadi di Suriah, ratusan warga menuntut kondisi kehidupan yang lebih baik hingga demokrasi pada Jumat (11/2/2022) waktu setempat. Lebih dari 300 pendemo berkumpul pada hari kelima di daerah Sweida.

"Kami menginginkan negara yang sipil, adil, demokratis," kata seorang pemuda di kerumunan demonstran dikutip laman Arab News, Sabtu (12/2/2022).

Baca Juga

Dalam rekaman video yang disiarkan oleh jaringan media lokal Suwayda24, pengunjuk rasa mengibarkan bendera Druze, minoritas agama di sana. Dalam satu video, seorang pria tua dengan kostum tradisional Druze menyesali kenaikan harga dan pencabutan subsidi. "Kami tidak bisa hidup atau mendapatkan hak kami, kami tidak punya gas atau solar," katanya kepada orang banyak. "Kami ingin hidup di tanah air yang menjamin martabat dan hak kami," imbuhnya.

Unjuk rasa tetap berjalan meskipun ada pengerahan besar-besaran pasukan keamanan yang menutup jalan-jalan utama. Aksi protes ini terjadi setelah pihak berwenang memutus 600 ribu keluarga dari program subsidi. Mereka yang terputus kehilangan akses ke makanan dan minyak dengan harga lebih rendah. Langkah sepihak pemerintah ini memicu protes dan kritik yang jarang terjadi dari dalam wilayah yang dikuasai pemerintah di Suriah.

Koresponden Suwayda24, Nour Radwan, mengatakan sebagian besar pengunjuk rasa turun ke jalan untuk pertama kalinya dalam hidup mereka untuk menuntut kondisi kehidupan yang lebih baik. Protes yang lebih kecil atas masalah serupa diadakan di Sweida pada 2020.

Namun Druze, yang merupakan kurang dari tiga persen dari populasi pra-perang Suriah, sebagian besar dijauhkan dari konflik negara itu. Sweida sebagian besar terhindar dari pertempuran dalam perang yang telah berlangsung selama satu dekade dan hanya menghadapi serangan jihadis sporadis yang berhasil dihalau. Suriah telah bergulat dengan krisis ekonomi yang diperparah oleh sanksi Barat, pandemi Covid-19, dan devaluasi mata uang lokal yang cepat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement