REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi, Bandar Alkhorayef menyampaikan, ada 1.300 perusahaan yang bergabung dalam program "Made in Saudi". Sedangkan 2.000 perusahaan lainnya masuk dalam antrean pendaftaran program tersebut.
Alkhorayef menuturkan, ada 6.000 produk yang terdaftar dalam program tersebut, selain 29 kemitraan dengan instansi pemerintah dan perusahaan nasional. Dia juga meyakini, program Made in Saudi menjadi salah satu langkah dalam mendukung Visi 2030 Saudi.
"Made in Saudi adalah mimpi bahwa Visi 2030 akan menjadi kenyataan karena didukung oleh kepemimpinan dan tindak lanjut Putra Mahkota Mohammed bin Salman," kata dia seperti dilansir Argaam, Senin (14/2).
Program Made in Saudi bertujuan untuk menyoroti kekuatan dan potensi industri Kerajaan untuk menjangkau dunia. Hal ini mengingat Saudi yang bertujuan untuk meningkatkan konsumsi produk dan layanan dalam negeri, dan meningkatkan afiliasi produk lokal.
"Itu meningkatkan daya tarik investasi di sektor industri, meningkatkan investasi dan kesempatan kerja, serta membantu perusahaan mengekspor dan meningkatkan proporsi ekspor nonmigas," kata Alkhorayef.
Kerajaan Saudi terus berupaya mendiversifikasi ekonominya dari yang awalnya hanya bergantung pada bahan bakar fosil. Saudi juga memiliki rencana memanfaatkan pasar pariwisata di luar haji dan umroh.
Hal ini diyakini sebagai bagian dari realisasi visi 2030 dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) untuk mengembangkan ekonomi di luar pendapatan minyak. Kebijakan ini dimulai sejak September 2019, ketika Arab Saudi memperkenalkan e-visa turis yang ditujukan menarik pengunjung non-Muslim.