REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison mendesak China untuk mengecam ancaman Rusia terhadap Ukraina. Dia menyayangkan karena Beijing justru bersikap sebaliknya.
Morrison mengungkapkan, dia berharap semua negara dan pemerintahan di seluruh dunia mengecam apa yang tengah berlangsung di perbatasan Rusia-Ukraina. “Saya mencatat bahwa pemerintah China, bersama dengan pemerintah Rusia, telah bersatu dalam masalah ini dan bahwa pemerintah China tidak mencela apa yang terjadi di Ukraina,” ujarnya saat berbicara di parlemen Australia, Selasa (15/2/2022).
Dia meminta semua anggota parlemen federal bergabung dengan pemerintah pusat mendesak Cina mengecam ancaman yang ditimbulkan Rusia atas Ukraina. Hal itu guna memungkinkan tanggapan yang tepat melalui PBB.
Kritik Morrison terhadap China atas situasi di Ukraina dinilai akan kian memperburuk hubungan bilateral kedua negara. Sama seperti Amerika Serikat (AS), Negeri Kanguru telah terlibat “perang dagang” dengan Beijing. Australia melarang perusahaan telekomunikasi raksasa China, Huawei, dari proyek infrastruktur besar di negara tersebut. Langkah semacam itu pun diambil AS dengan alasan keamanan nasional.
Hubungan Australia dan China kian tak harmonis sejak Canberra menyerukan penyelidikan independen terhadap asal-usul Covid-19. Australia memiliki kecurigaan bahwa kemunculan SARS-Cov-2 diakibatkan oleh insiden kebocoran laboratorium virologi di Wuhan. Dugaan serupa turut diembuskan beberapa negara Barat, termasuk AS.
China pun mengkritik seruan penyelidikan independen asal-usul Covid-19 yang digaungkan Australia dan beberapa negara Barat lainnya. Menurut Beijing, seruan itu lebih bermotif politik daripada sains. China menganggap mereka sengaja hendak menyudutkannya dan membuatnya bertanggung jawab atas pecahnya pandemi Covid-19.