Jumat 18 Feb 2022 06:57 WIB

Pertemuan G20 Bahas Krisis Ukraina dan Desakan Pengurangan Utang China

Presiden Joko Widodo memperingatkan risiko ekonomi global dari krisis di Ukraina.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Presidential Secretariat Press Bureau
Presidential Secretariat Press Bureau

Group of Twenty atau G20 adalah forum multilateral strategis negara-negara maju dan berkembang di dunia, termasuk Amerika Serikat, Cina, dan beberapa negara Eropa, mengadakan pembicaraan dalam format hybrid di Jakarta, Kamis (17/2/2022).

Pada acara pembukaan, Presiden Joko Widodo memperingatkan risiko ekonomi global dari krisis di Ukraina, di tengah kekhawatiran Rusia siap untuk menyerang.

"Ini bukan waktunya untuk persaingan dan menciptakan ketegangan baru yang mengganggu pemulihan, apalagi yang membahayakan keselamatan dunia, seperti yang terjadi di Ukraina," katanya.

Ancaman invasi Rusia ke Ukraina menghadirkan tantangan baru bagi dunia yang sudah berjuang untuk pulih dari pandemi virus corona.

Baca juga : Kamala Harris Temui Ukraina dan NATO Bahas Rusia

Yellen: Cina perlu 'lebih aktif' dalam pengurangan utang G20

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan dalam sebuah wawancara dengan AFP tentang "kejatuhan global" lebih lanjut jika Barat bergerak maju dengan menghukum sanksi terhadap Rusia atas krisis tersebut.

Inflasi global yang meroket juga akan menjadi fokus pada pertemuan G20, karena bank sentral mulai mengetatkan suku bunga dan menarik stimulus besar-besaran yang diperkenalkan selama pandemi. Yellen mengakui inisiatif G20 untuk membantu negara-negara debitur "belum berjalan sangat cepat," dan Amerika Serikat "berharap untuk melihat lebih banyak partisipasi aktif" dari Cina.

Selama pandemi Covid-19, G20 menerapkan Inisiatif Penangguhan Layanan Utang untuk membantu negara-negara yang meminjam banyak untuk menangani krisis kesehatan dan ekonomi, tetapi program itu berakhir pada Desember 2021.

G20 tahun lalu mengadopsi rencana Kerangka Kerja Bersama yang dimaksudkan untuk menawarkan jalan untuk merestrukturisasi beban utang yang besar, tetapi rencana ini masih penuh dengan ketidakpastian, dan hanya tiga negara - Chad, Ethiopia, dan Zambia - yang telah meminta negosiasi mengenai persyaratannya.

Bank Dunia dan IMF masing-masing telah memperingatkan konsekuensi yang mengerikan. Hambatan utama soal pengurangan utang adalah kurangnya informasi tentang jumlah utang kepada Cina, beberapa pemberi pinjaman lainnya, oleh perusahaan swasta dan juga pemerintah. ha/yf (AFP)

Baca juga : China Sebut Hoaks Bisa Perpanjang Krisis Ukraina-Rusia

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement