REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Kementerian Pertahanan Belarusia mengatakan Rusia dan Belarusia Perpanjang Latihan militer yang dijadwalkan berakhir Ahad (20/2/2022). Langkah ini meningkatkan tekanan pada Ukraina saat pemimpin-pemimpin Barat memperingatkan invasi Rusia ke negara itu.
Kementerian Belarusia mengatakan keputusan ini diambil sehubungan dengan meningkatnya aktivitas militer di perbatasan luar Rusia dan Belarusia. Serta karena meningkatnya ketegangan di wilayah Donbass, sebelah timur Ukraina.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengatakan Rusia mengerahkan 30 ribu pasukan di Belarusia. NATO mengatakan pasukan itu dapat digunakan untuk melancarkan serangan ke Ukraina, meski Moskow sudah membantah berencana menginvasi negara tetangganya itu.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin tidak berpikir logis. Sehingga ancaman sanksi mungkin tidak cukup untuk mencegah Rusia menginvasi Ukraina.
"(Sanksi-sanksi) mungkin tidak cukup untuk mencegah aktor irasional dan kami harus menerima di saat Vladimir Putin mungkin berpikir dengan tidak logis mengenai ini dan tidak melihat bencana di masa mendatang," kata Johnson pada BBC.
Johnson mengatakan Inggris juga bermasalah dengan uang Rusia yang mengalir ke Kota London dan akan menanganinya. Dia sudah mengancam akan memberlakukan sanksi keras bila Rusia menginvasi Ukraina.
Kantor berita Reuters melaporkan terdengar suara ledakan di pusat Kota Donetsk, Donbass yang dikuasai separatis. Juga terdengar suara tembakan arteleri di tempat lain di wilayah tersebut. Muncul pesan SMS yang meminta laki-laki di kota itu melapor untuk menjalani tugas militer.
Beberapa hari terakhir terdengar suara tembakan di sebagian daerah yang dikuasai separatis yang didukung Rusia. Sementara Rusia telah mengumpulkan lebih dari 150 ribu prajurit di perbatasan utara, timur dan selatan Ukraina.
Rusia membantah berencana menyerang Ukraina walaupun jumlah pasukan yang disiapkan menurut Johnson untuk konflik skala besar. "Rencana yang kami lihat adalah sesuatu yang dapat menjadi perang terbesar di Eropa sejak 1945 di dalam skalanya saja," kata Johnson.
Sebelumnya dia juga mengacam Amerika Serikat (AS) dan Inggris akan memutus akses perusahaan-perusahaan Rusia dari dolar AS dan poundsterling bila Kremlin memerintahkan invasi ke Ukraina.
Amerika Serikat khawatir dengan semakin memanasnya krisis Ukraina, Presiden Joe Biden dijadwalkan bertemu dengan penasihat-penasihatnya pada Ahad ini untuk membahas masalah tersebut.
Sabtu (19/2/2022) kemarin Biden mengatakan ia yakin Rusia dapat menggelar serangan "kapanpun" walau terdapat jaminan dari Kremlin pasukan mereka akan pulang ke pangkalan permanen setelah latihan militer.