REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Perekonomian Thailand mendapatkan kembali momentum pada kuartal terakhir, didukung oleh peningkatan ekspor dan dengan pembukaan kembali pariwisata di negara itu. Hal ini memperkuat pemulihan negara itu dari risiko inflasi.
Dilansir BNN Bloomberg, Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional Thailand mengatakan bahwa produk domestik bruto selama Oktober hingga Desember naik hingga 1,9 persen dibandingkan tahun lalu. Jumlah ini lebih baik daripada perkiraan median pertumbuhan 0,8 persen tahun ke tahun berdasarkan survei ekonom, dan dibandingkan dengan kontraksi 0,2 persen yang direvisi pada kuartal sebelumnya.
Sebagai bagian dari strategi ‘Living with Covid’ atau hidup bersama Covid-19 Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-Ocha secara bertahap melonggarkan pembatasan untuk meningkatkan ekonomi. Sektor pariwisata memiliki pertumbuhan paling lambat di Asia Tenggara sepanjang tahun lalu.
Meningkatnya tekanan harga, yang pada bulan lalu melebihi target inflasi bank sentral Thailand untuk pertama kalinya sejak April 2021 dan gelombang Omicron telah menimbulkan kekhawatiran tentang pemulihan tahun ini. Ekonomi tumbuh 1,6 persen pada 2021, rebound dari kontraksi 6,2 persen yang direvisi pada 2020. Para ekonom memperkirakan pertumbuhan 1,2 persen pada 2021.
Pada basis penyesuaian musiman, PDB naik 1,8 persen pada kuartal keempat dari tiga bulan sebelumnya. Indeks harga konsumen naik 3,23 persen pada Januari, di atas target Bank of Thailand sebesar satu hingga tiga persen.
Bank sentral Thailand pada awal bulan ini mempertahankan suku bunga acuan pada rekor terendah untuk pertemuan ke-14 berturut-turut, mengatakan rata-rata inflasi utama tahun ini kemungkinan akan melebihi perkiraan 1,7 persen. Kebangkitan pariwisata dapat membantu memulai ekonomi setelah pemerintah membuka kembali perbatasan negara itu pada November 2021.
Thailand menyambut 230.497 wisatawan pada Desember, angka bulanan tertinggi sejak Maret 2020, pada awal pandemi. Namun, total 427.869 pengunjung asing pada 2021 adalah sebagian kecil dari 40 juta dibandingkan 2019, ketika industri pariwisata menghasilkan pendapatan lebih dari 60 miliar dolar AS.