Senin 21 Feb 2022 14:14 WIB

Pasien Meninggal Kena Peluru Nyasar Saat Menikmati Udara Segar

Seorang pria berusia 51 tahun terkena peluru nyasar ketika sedang mencari udara segar

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Seorang pria berusia 51 tahun terkena peluru nyasar ketika sedang mencari udara segar. Ilustrasi.
Foto: Pixabay
Seorang pria berusia 51 tahun terkena peluru nyasar ketika sedang mencari udara segar. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM - Seorang pasien di Sudan yang sedang berada di balkon rumah sakit meninggal terkena peluru nyasar pasukan keamanan pada Ahad (20/2/2022). Insiden itu terjadi di tengah aksi unjuk rasa menentang pemerintahan militer. Demikian kata petugas medis.

Seorang pria berusia 51 tahun terkena tembakan ketika sedang mencari udara segar di tengah gas air mata yang pekat di Kota Bahri, seberang Sungai Nil dari Khartoum, menurut kelompok Komite Pusat Dokter Sudan yang berafiliasi dengan gerakan aksi tersebut. Kematiannya menambah jumlah korban tewas menjadi 82 orang sejak unjuk rasa dimulai. Polisi belum mendapatkan pernyataan langsung mengenai kematian tersebut dan belum dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Baca Juga

Aksi protes terhadap kudeta 25 Oktober 2021 menghadapi tindakan keras yang menuai kecaman baik dari dalam maupun luar negeri. Para petinggi militer berjanji akan menyelidiki kematian tersebut.

Pada aksi protes Ahad, pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan granat kejut serta menyemprotkan meriam air ke arah massa, lapor wartawan Reuters. Suara tembakan juga terdengar. Sejumlah pengunjuk rasa yang bercucuran darah dibawa pergi dengan sepeda motor, katanya.

Massa berhasil menerobos ring satu yang berjarak kurang dari 500 meter dari istana presiden yang dijaga ketat untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan. "Kami akan terus turun ke jalan sampai kami berhasil, mengalahkan kudeta dan mencapai demokrasi," kata pengunjuk rasa bernama Iman, 35 tahun .Aksi serupa juga digelar di kota tetangga Omdurman dan sejumlah kota di lainnya, seperti Gadarif dan El-Obeid.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement