Selasa 22 Feb 2022 15:46 WIB

Barat Kecam Putusan Rusia di Ukraina

Putin memerintahkan pengerahan pasukan Rusia ke dua daerah yang memisahkan diri

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Seorang tentara Ukraina melihat sebuah lubang dari peluru yang ditembakkan oleh separatis pro-Rusia di desa Novoluhanske, wilayah Luhansk, Ukraina, Sabtu, 19 Februari 2022. Para pemimpin separatis di Ukraina timur telah memerintahkan mobilisasi militer penuh di tengah kekhawatiran yang berkembang di Barat bahwa Rusia berencana untuk menyerang negara tetangga. Pengumuman pada hari Sabtu datang di tengah lonjakan kekerasan di sepanjang garis kontak antara pasukan Ukraina dan pemberontak pro-Rusia dalam beberapa hari terakhir.
Foto: AP/Oleksandr Ratushniak
Seorang tentara Ukraina melihat sebuah lubang dari peluru yang ditembakkan oleh separatis pro-Rusia di desa Novoluhanske, wilayah Luhansk, Ukraina, Sabtu, 19 Februari 2022. Para pemimpin separatis di Ukraina timur telah memerintahkan mobilisasi militer penuh di tengah kekhawatiran yang berkembang di Barat bahwa Rusia berencana untuk menyerang negara tetangga. Pengumuman pada hari Sabtu datang di tengah lonjakan kekerasan di sepanjang garis kontak antara pasukan Ukraina dan pemberontak pro-Rusia dalam beberapa hari terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Negara-negara Barat mengkritik keputusan Presiden Vladimir Putin yang memerintahkan pengerahan pasukan Rusia ke dua daerah yang memisahkan diri dari Ukraina di bagian timur negara itu. Padahal, Moskow sudah mengakui kemerdekaan daerah-daerah tersebut.

Berikut pernyataan pemimpin dunia pada tindakan Rusia.

Baca Juga

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan negaranya berkomitmen untuk mengambil langkah diplomatik dan perdamaian. Tapi selama di wilayah Ukraina, pemerintah Ukraina tidak takut pada siapapun dan tidak berutang pada siapa pun.

"Kami mengharapkan langkah dukungan yang jelas dan efektif dari mitra-mitra kami," katanya.

"Sangat amat penting untuk melihat siapa teman dan mitra kami sebenarnya, dan siapa yang akan menakut-takuti Federasi Rusia dengan kata-kata," tambahnya.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan pengakuan Putin pada Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk sebagai negara merdeka menunjukan pengabaian pada perjanjian Minsk. Kesepakatan untuk mengakhiri konflik di bagian timur Ukraina.

"Ini menunjukkan keputusan Rusia memilih jalur konfrontasi dibanding dialog, kami akan terus mengkoordinasikan respon kami dengan sekutu-sekutu, kami tidak akan membiarkan Rusia melanggar komitmen internasional tanpa hukuman," kata Truss.  

Sementara Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Washington telah mengantisipasi langkah Rusia ini. Ia menegaskan Amerika Serikat (AS) segera meresponnya.

"Presiden (AS Joe) Biden akan segera mengeluarkan perintah eksekutif yang akan melarang orang Amerika untuk berinvestasi, berdagang dan membiayai ke, dari atau di apa yang disebut DNR dan LNR di Ukraina," katanya.

Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan Moskow terus mengobarkan konflik dengan membiayai dan memberikan bantuan militer ke separatis di timur Ukraina. Ia mengatakan Moskow juga kembali mementaskan konflik untuk dijadikan alasan menginvasi Ukraina.

"Ini melanggar kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina, mengikis upaya meresolusi konflik dan melanggar Perjanjian Minsk yang mana Rusia salah satu pihak di dalamnya," kata Stoltenberg.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement