Selasa 22 Feb 2022 21:24 WIB

Israel-Maroko Capai Kesepakatan Dagang Perdana

Israel dan Maroko telah menandatangani perjanjian ekonomi serta perdagangan perdana

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Bendera negara Maroko.
Foto: EPA
Bendera negara Maroko.

REPUBLIKA.CO.ID, RABAT – Israel dan Maroko telah menandatangani perjanjian ekonomi serta perdagangan perdana sejak kedua negara resmi melakukan normalisasi diplomatik pada Oktober 2020, Senin (21/2). Tel Aviv dan Rabat berharap dapat mempererat kerja sama bilateral.

Penandatangan kesepakatan dagang dan ekonomi terjadi saat delegasi pejabat senior Israel melakukan kunjungan empat hari ke Rabat. Mereka hendak meningkatkan nilai perdagangan bilateral kedua negara sebesar hampir empat kali lipat menjadi lebih dari 500 juta dolar AS.

"Tingkat pertukaran ekonomi dan komersial tahunan antara kedua negara, yang saat ini berjumlah 130 juta dolar AS harus sangat cepat mencapai 500 juta dolar AS dan melampaui itu," kata Menteri Ekonomi Israel Orna Barbivai, dikutip laman The National.

Menteri Perdagangan Maroko Ryad Mezzour mengungkapkan, perjanjian yang telah dicapai juga bertujuan menciptakan zona industri khusus di negaranya guna meningkatkan perdagangan dengan Israel. Agrobisnis, kedirgantaraan, dan energi terbarukan menjadi sektor yang difokuskan. “Kesepakatan itu juga akan meningkatkan kerja sama antara sektor swasta kedua negara dan memungkinkan pertukaran keahlian di bidang inovasi,” ujar Mezzour.

Dalam kunjungannya, delegasi Israel juga diagendakan mengunjungi ibu kota ekonomi Maroko, Casablanca, dan pusat wisata, Marrakesh. Orna Barbivai juga hendak berkunjung ke perusahaan tekstil dan pertanian Israel di sana.

Maroko menandatangani perjanjian normalisasi diplomatik dengan Israel pada Oktober 2020. Kesepakatan itu turut dimediasi pemerintahan mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Sebagai imbalan atas normalisasi tersebut, AS mengakui klaim kedaulatan Maroko atas wilayah Sahara Barat.

Sebelum Maroko, pemerintahan Trump sudah terlebih dulu berhasil membawa Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. Kesepakatan tersebut dikenal dengan Abraham Accords. Palestina mengecam kesepakatan itu karena dinilai menjadi pukulan terhadap perjuangannya meraih kemerdekaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement