REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Utusan Khusus PBB Deborah Lyons melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Mutaqqi. Mereka membahas sejumlah isu berkaitan dengan Afghanistan.
Menurut Kantor Misi Bantuan PBB untuk Afghanistan (UNAMA), dalam pertemuan Mutaqqi, Lyons memfokuskan pembahasannya pada hak dan perlindungan bagi seluruh warga Afghanistan, kembalinya anak-anak, baik perempuan maupun laki-laki, ke sekolah, dan tantangan ekonomi.
Dalam kunjungannya, Lyons juga bertemu mantan menteri negara untuk perdamaian di pemerintahan Afghanistan sebelumnya, yakni Abdul Salam Rahimi. “(Mereka membahas) pentingnya seluruh warga Afghanistan bergabung untuk membangun masa depan yang lebih stabil dan inklusif,” kata UNAMA dalam sebuah pernyataan pada Rabu (23/2/2022), dikutip laman Asian News International.
Kunjungan Lyons ke Afghanistan berlangsung menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang Afghanistan. Pertemuan itu diagendakan saat pemerintahan Taliban menghadapi gerakan perlawanan baru di sejumlah provinsi di Afghanistan, antara lain Panjshir, Bamiyan, Kapisa dan Parwan.
Sejak Taliban menguasai kembali Afghanistan pada pertengahan Agustus tahun lalu, krisis di Afghanistan kian memburuk. Sejumlah lembaga donor menangguhkan bantuannya ke negara tersebut. Amerika Serikat (AS) bahkan membekukan aset milik bank sentral Afghanistan senilai hampir 10 miliar dolar AS. Kombinasi sanksi dan penangguhan bantuan memberikan pukulan keras bagi Taliban dan Afghanistan.
Menurut PBB, saat ini lebih dari separuh populasi Taliban, yakni sekitar 24 juta warga, menghadapi kekurangan makanan parah. Sekitar 1 juta balita berpotensi meninggal akibat kelaparan akhir tahun ini. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan komunitas internasional untuk mempertahankan bantuannya untuk Afghanistan. Dia pun meminta aset milik Afghanistan yang dibekukan segera dicairkan. Guterres menekankan, hal itu perlu dilakukan agar krisis kemanusiaan di negara tersebut tak semakin jauh memburuk.