REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Asisten Deputi Menteri Kesehatan Bidang Pencegahan Kesehatan Arab Saudi Dr Abdullah Asiri menyebut pandemi Covid-19 hampir berakhir di negara petrodolar itu. Saat ini, Kerajaan disebut sebagai salah satu negara yang paling sedikit terkena virus.
Dalam akun media sosialnya, Dr Asiri, menekankan Arab Saudi akan segera keluar dari pandemi dengan ekonomi dan sektor kesehatan yang kuat, sekaligus dari sisi politik.
Dia juga menjelaskan, hal tersebut bisa terjadi melihat penanganan pandemi sejak awal yang dilakukan Kerajaan.
Salah satu yang paling menonjol adalah kepemimpinan politik selama menangani pandemi, yang telah mengangkatnya ke level tertinggi, pada saat para pemimpin dunia lainnya sedang tidak aktif dan terbagi antara ragu-ragu dan menolak.
Segera setelah pandemi dimulai, Raja Salman segera berbicara dan memperingatkan orang-orang Arab Saudi. Kala itu, dia berkata, “Kami menghadapi situasi luar biasa yang memerlukan tindakan luar biasa.”
Dr Asiri juga mengatakan, alasan lain yang menjadi pembeda adalah tekad Kerajaan yang cepat dalam menghadapi tantangan.
Seiring dengan itu, tata kelola tingkat tinggi dan efektif dilakukan, di mana semua pihak terkait berpartisipasi dan membantu mengambil keputusan tegas dengan cepat.
Dilansir di Saudi Gazette, Rabu (23/2), Kerajaan telah memberikan prioritas kesehatan manusia di atas segalanya. Kepercayaan diberikan kepada Kementerian Kesehatan dan Otoritas Kesehatan Masyarakat, untuk mempertahankan prioritas ini dengan melakukan penilaian risiko yang berkelanjutan.
Dia mencatat, dua lembaga itu telah mengusulkan cara-cara ideal yang dapat membantu dalam menangani elemen risiko, serta melindungi kesehatan warga dan penduduk. Perlu disebutkan, salah satu perintah perlindungannya juga termasuk pada pelanggar peraturan kependudukan.
Kerajaan mendasarkan keputusannya pada rekomendasi komite ilmiah dengan mengadopsi pendapat ilmiah. Salah satu keputusan yang paling berpengaruh berkaitan dengan vaksin Covid-19 dan juga adopsi konsep kekebalan komunitas dan perluasan tes.
“Aplikasi Tawakkalna, Tabaud, Sehhaty, Tatamman diperkenalkan dan masing-masing memiliki kisah sukses yang unik untuk Kerajaan,” kata Dr Al-Asiri.
Sejak pertama virus Covid-19 terdeteksi, Arab Saudi disebut telah mendapat manfaat dari teknologi digital, sambil menggunakan teknik khusus untuk melacak mereka yang terinfeksi virus dan yang melakukan kontak dengan mereka yang terinfeksi. Kemudian, mendokumentasikan operasi imunisasi.
Tak hanya itu, Kerajaan disebut telah mendapat manfaat dari media baru dan komunikasi pemerintah, karena menciptakan berbagai kampanye berkelanjutan, dengan berkomunikasi bersama masyarakat untuk menciptakan kesadaran melalui berbagai cara kreatif.
Kampanye yang paling menonjol adalah "Kolluna Mas'oul", yang berarti kita semua bertanggung jawab. Poin lain adalah "OyounakTakfi", yang berarti mata Anda cukup untuk komunikasi meningkatkan kesadaran akan pentingnya memakai masker, serta "Nao'ud behat'har" yang berarti kita kembali dengan hati-hati.
Arab Saudi telah melakukan pengiriman alat diagnostik, pengobatan dan pencegahan, untuk menjangkau negara-negara berpenghasilan rendah. Bersama mitranya, Kerajaan telah meluncurkan inisiatif ACT-A, dan menjadi salah satu dari enam negara yang memenuhinya pembagian dana yang adil.
Baca juga: Mualaf Edy, Takluknya Sang Misionaris di Hadapan Surat Al Ikhlas
Arab Saudi telah berkontribusi mendistribusikan 1,2 miliar dosis vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah, serta 96 juta tes PCR, di samping pengiriman alat pelindung diri dan obat-obatan.
Jumlah infeksi Covid-19 di Kerajaan mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir, setelah sempat mencapai puncaknya pada awal 2022. Kementerian Kesehatan mengumumkan 841 kasus baru pada 22 Februari.
Sumber: saudigazette