Kamis 24 Feb 2022 11:21 WIB

China Menentang Sanksi Sejumlah Negara Terhadap Rusia

China menentang dan menganggap ilegal sanksi sejumlah negara terhadap Rusia

Citra satelit Selasa, 22 Februari 2022 yang disediakan oleh Maxar Technologies menunjukkan beberapa pengerahan pasukan dan peralatan baru telah didirikan di daerah pedesaan barat daya Belgorod, kurang dari 20 kilometer ke barat laut perbatasan dengan Ukraina.
Foto: AP/Satellite image ©2022 Maxar Tec
Citra satelit Selasa, 22 Februari 2022 yang disediakan oleh Maxar Technologies menunjukkan beberapa pengerahan pasukan dan peralatan baru telah didirikan di daerah pedesaan barat daya Belgorod, kurang dari 20 kilometer ke barat laut perbatasan dengan Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China menentang dan menganggap ilegal sanksi sejumlah negara terhadap Rusia terkait krisis Ukraina.

"Kami secara konsisten menentang semua bentuk sanksi sepihak yang ilegal itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Hua Chunying di Beijing, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga

Menurut dia, sanksi tidak pernah berjalan efektif dalam memecahkan setiap persoalan. Ia menyebutkan sejak 2011, Amerika Serikat telah menjatuhkan 100 sanksi terhadap Rusia.

"Namun apakah sanksi-sanksi AS itu bisa memecahkan persoalan? Apakah dunia ini menjadi lebih baik karena sanksi itu? Akankahisu Ukraina teratasi oleh sanksi AS terhadap Rusia? Akankah keamanan Eropa lebih terjamin berkat sanksi AS terhadap Rusia itu?" tanya Asisten Menteri Luar Negeri China itu.

Hua berharap semua pihak menyelesaikan krisis Rusia melalui dialog dan konsultasi. "Dalam mengatasi krisis Ukraina dan keterkaitannya dengan Rusia, AS tidak boleh merugikan hak dan kepentingan China," kata diplomat perempuan itu.

Ia menegaskan sikap China dalam menghadapi krisis Ukraina sudah jelas bahwa hak dan legitimasi semua negara di dunia ini harus dihormati, tak terkecuali dengan Ukraina.

AS, Uni Eropa, Kanada, Inggris, Jerman, dan Jepang menjatuhkan berbagai sanksi terhadap Rusia karena menggunakan pasukan militer dalam mengatasi krisis Ukraina.

sumber : Antara / Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement