REPUBLIKA.CO.ID, KYIV – Pasukan Rusia menyerbu wilayah Ukraina dan mulai memulai mobilisasi pasukan terbesar di Eropa pada Rabu malam. Ketika konflik antara Rusia dan Ukraina semakin meningkat, banyak kelompok masyarakat sipil semakin khawatir tentang kemungkinan serangan langsung terhadap infrastruktur internet.
Sebelumnya, Rusia dikaitkan dengan serangan penolakan layanan (DDoS), upaya untuk mengganggu lalu lintas dari server, layanan, atau jaringan terhadap situs pemerintah Ukraina. Namun, pemadaman penuh menjadi langkah lebih jauh karena menggunakan persenjataan fisik atau cyber untuk menonaktifkan infrastruktur telekomunikasi di tingkat jaringan.
Invasi Ukraina telah mengurangi konektivitas internet di beberapa bagian negara. Saat ini, pemadaman tampaknya berpusat di sekitar Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina yang terletak di timur laut negara itu atau sekitar 25 mil dari perbatasan Rusia.
Proyek Deteksi dan Analisis Pemadaman Internet (IODA) di Georgia Tech melaporkan pemadaman sebagian dimulai tepat sebelum tengah malam pada 23 Februari dan berlanjut hingga pagi keesokan harinya. Pemadaman memengaruhi penyedia layanan internet Triolan yang melayani sejumlah kota dan area lain di Ukraina, termasuk Kharkiv.
Menurut pelacak penghentian internet NetBlocks, pengguna Triolan telah melaporkan hilangnya layanan internet fixed-line sementara ponsel terus bekerja. Sebuah pesan yang terlihat di situs web Triolan pada Kamis pagi memberi tahu pelanggan tentang kurangnya akses sebagian atau seluruhnya di beberapa kota.
Pembaruan yang diposting di saluran Telegram resmi perusahaan mengklaim sebagian besar layanan telah dipulihkan, meskipun masih banyak pelanggan yang mengalami pemadaman jaringan. Pelanggan diinstruksikan untuk terhubung menggunakan layanan 1.1.1.1 atau 8.8.8.8, resolver DNS publik yang disediakan oleh Cloudflare dan Google. Seorang juru bicara Cloudflare mengatakan pemantauan lalu lintas menunjukkan layanan internet Ukraina sebagian besar beroperasi tetapi koneksi dari Kharkiv terganggu.
“Internet terus beroperasi di Ukraina untuk sebagian besar. Kami melihat peningkatan penggunaan internet, mungkin mengindikasikan orang Ukraina menggunakan internet untuk berita dan informasi. Saat ini, kami melihat sekitar 80 persen dari muatan yang biasanya kami lihat di Ukraina. Lalu lintas dari Kharkiv tampaknya sekitar 50 persen di bawah tingkat normal,” kata dia.
Dikutip The Verge, Jumat (25/2), ada indikasi pemadaman listrik Kharkiv dimulai setelah ledakan terdengar di daerah itu, meskipun tidak jelas apakah kerusakan terjadi pada infrastruktur telekomunikasi atau tidak. Sejauh ini, pasukan Rusia telah melakukan sejumlah serangan udara dan darat terhadap sasaran strategis di seluruh Ukrain, tetapi tidak ada serangan pada layanan telekomunikasi.
Namun, masyarakat khawatir bahwa gangguan tersebut dapat menunjukkan maksud strategis untuk membatasi arus informasi berdasarkan insiden sebelumnya di mana infrastruktur internet telah ditargetkan di zona perang. Juru Kampanye Organisasi Hak Digital Access Now Felicia Anthonio menunjukkan dampak penutupan internet di zona konflik lain di seluruh dunia. Infrastruktur internet menjadi target untuk mengontrol arus informasi dan mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan selama konflik.
Penutupan internet selama masa krisis, konflik, dan kerusuhan kata dia dapat mempersulit jurnalis dan pembela HAM untuk mendapatkan informasi penting masuk dan keluar dari wilayah ini serta mengakses informasi penting. “Ketika internet dimatikan pada saat krisis, kami sering menerima laporan pelanggaran HAM yang dilakukan terhadap rakyat oleh aktor negara dan non-negara. Tetapi tanpa akses internet, lebih sulit itu diperkuat,” katanya.