REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemimpin Chechnya pro-Rusia, Ramzan Kadyrtov, engonfirmasi bahwa milisi Chechen telah ditempatkan di Ukraina. Ia pun meminta agar warga Ukraina menggulingkan pemerintahannya.
Seperti dilansir laman Aljazirah, dalam video yang diunggah pada Sabtu (26/2/2022), Kadyrov menekankan bahwa mereka tidak kehilangan satu prajurit pun. Pasukan Rusia, katanya, bisa saja dengan mudah menguasai kota-kota besar Ukraina, termasuk Kyiv, namun mereka diminta untuk menghindari jatuhnya korban jiwa. "Sampai hari dan menit ini, kita tidak ada satu pun korban meninggal atau terluka, bahkan tak ada satu tentara pun yang pilek," paparnya.
Namun sejumlah analis Barat memandang tidak semua milisi Chechen mendukung Rusia. Menurut Pakar Kaukasus dan Rusia yang kini mengajar di Universitas Otawa, Jean Francois Ratelle, di tubuh pejuang Chechnya masih ada perpecahan. "Tidak semua Chechen berada di balik barisan Rusia," ujarnya seperti dikutip laman foreignpolicy, Sabtu (26/2//2022).
"Kita telah melihat pertempuran antar-Chechen di timur Ukraina dalam beberapa hari terakhir."
Pada Sabtu lalu, Akhmad Zakayef, yang memimpin pemerintahan Chechen di luar negeri mengumumkan keinginannya membentuk detasemen sukarelawan bagi warga Chechnya yang di luar negeri untuk berperang bersama tentara Ukraina. Pernyataannya diunggah lewat video di situs berita Egazet. Diperkirakan ada 150 ribu Chechen yang berada di luar negeri.
Namun menurut Ratelle, pengumuman Zakayev untuk mendukung Kyiv tidak akan terlalu banyak berarti karena pengaruhnya terbatas di diaspora.
Di sisi lain ia juga menyoroti bagaimana Rusia menggunakan milisi Chechen sebagai sebuah propaganda. "Operasi psikologi ini adalah bagaimana orang-orang percaya bahwa apa yang terjadi di Chechnya akan terjadi di Ukraina."