Selasa 01 Mar 2022 09:23 WIB

Gelar Tur Dunia, Green Day Pilih tak Singgah di Rusia

Green Day batalkan tur dunianya di Rusia terkait invasi militer.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Green Day batalkan tur dunianya di Rusia terkait invasi militer.
Foto: EPA
Green Day batalkan tur dunianya di Rusia terkait invasi militer.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Band rock Green Day memutuskan membatalkan tur Rusia di tengah invasi yang tengah berlangsung ke Ukraina. Band asal Amerika itu mengumumkan bahwa mereka tidak akan singgah di Rusia setelah negara itu sedang melakukan invasi militer. 

Green Day juga mengakui bahwa 'momen ini bukan hanya tentang pertunjukan rock', melainkan demi keselamatan lebih banyak orang. Pemilik album 'American Idiot' itu membagikan pembaruan tersebut di media sosial. Band menyebut ini bukan sekadar tentang pertunjukan stadion.

Baca Juga

"Dengan berat hati, mengingat peristiwa terkini, kami merasa perlu untuk membatalkan pertunjukan kami yang akan datang di Moskow di Stadion Spartak. Kami sadar bahwa momen ini bukan tentang pertunjukan rock stadion, ini jauh lebih besar dari itu,” tulis pengumuman lewat Instagram Stories, seperti dilansir dari laman Mirror, Selasa (1/3/2022).

"Tapi kami juga tahu bahwa rock and roll adalah selamanya dan kami merasa yakin akan ada waktu dan tempat bagi kami untuk kembali di masa depan. Pengembalian dana tersedia di tempat pembelian. Jaga keselamatan kalian semua,” lanjut postingan tersebut.

Dilansir dari laman Billboard, Green Day awalnya akan melakukan konser stadion di Moskow. Pelantun “21 Guns” telah dijadwalkan untuk tampil pada 29 Mei di Stadion Spartak, yang memiliki kapasitas lebih dari 45.000 penonton.

Green Day juga termasuk di antara sejumlah selebriti yang telah berbicara tentang kekerasan di Ukraina. Sebelumnya ada Stevie Nicks, Stephen King, Cardi B yang juga mengomentari invasi yang sedang berlangsung. Cardi B, misalnya, berharap para pemimpin dunia ini akan berhenti mempersoalkan kekuasaan dan benar-benar memikirkan siapa yang terpengaruh (warga negara) selain seluruh dunia berada dalam krisis. Perang, sanksi, invasi harus menjadi hal terakhir yang harus dikhawatirkan oleh para pemimpin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement