REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Selasa (1/3/2022) mendesak Uni Eropa untuk membuktikan bahwa mereka memihak Kiev. Pernyataan ini dilontarkan setelah Zelenskyy menandatangani permintaan resmi untuk bergabung dengan blok Uni Eropa.
"Kami berjuang untuk menjadi anggota Eropa yang setara. Buktikan bahwa Anda bersama kami. Buktikan bahwa Anda tidak akan membiarkan kami pergi. Buktikan bahwa Anda memang orang Eropa dan kemudian hidup akan menang atas kematian, dan terang akan menang atas kegelapan," ujar Zelenskyy dalam sesi darurat Parlemen Eropa melalui tautan video.
Zelenskyy berpidato dalam bahasa Ukraina yang diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh seorang penerjemah. Penerjemah tersebut berbicara sambil menangis.
Sebagian besar anggota parlemen Uni Eropa mengenakan kaos dengan tulisan #standwithUkraine dan bergambar bendera Ukraina. Sementara yang lain mengenalan syal atau pita biru-kuning yang merupakan warna bendera Ukraina.
"Uni Eropa akan jauh lebih kuat bersama kami. Tanpa Anda, Ukraina akan kesepian," kata Zelenskiy, yang pidatonya mendapatkan tepuk tangan meriah.
Kiev kemungkinan besar menyadari bahwa, untuk dapat diterima menjadi negara anggota Uni Eropa membutuhkan proses panjang. Anggota parlemen Uni Eropa mendesak 27 negara negara anggpta untuk menyetujui sanksi yang lebih keras terhadap Rusia.
Menurut rancangan resolusi dan amandemen yang didukung oleh partai-partai utama majelis, anggota parlemen akan meminta agar ruang lingkup sanksi diperluas. Hal ini bertujuan untuk melemahkan ekonomi dan basis industri Rusia secara strategis, khususnya kompleks industri militer.
"Invasi Rusia ke Ukraina secara efektif membuat Rusia menjadi negara yang melanggar hukum internasional," kata para anggota parlemen.
Rancangan resolusi tersebut menyebut Zelenskyy telah bersikap "heroik" dalam menghadapi invasi Rusia. Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin disebut sebagai seorang diktator paling mengerikan abad ke-20.
Parlemen Eropa mendesak para pemimpin Uni Eropa untuk bersikap lebih keras terhadap oligarki dan pejabat yang dekat dengan kepemimpinan Rusia. Termasuk membatasi impor minyak dan gas dari Rusia, melarang Rusia dan sekutunya Belarus dari sistem perbankan global, SWIFT, serta menutup semua pelabuhan Uni Eropa dengan tujuan Rusia.
"Pesan dari Eropa jelas. Kami tidak akan berpaling ketika mereka yang berjuang untuk mempertahankan nilai-nilai kami, dan kami tidak akan mundur dari mesin perang Putin," kata Presiden Parlemen Uni Eropa Roberta Metsola.
Uni Eropa telah mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu membiayai pengiriman senjata ke Ukraina. Pembiayaan pengiriman senjata dilakukan setelah Putin melancarkan perang terhadap Ukraina pada Kamis (24/2) lalu.