Kamis 03 Mar 2022 01:29 WIB

Ukraina Desak Dunia Internasional tidak Bersikap Netral

Zelenskyy minta masyarakat internasional untuk tidak bersikap netral

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang mencoba naik bus untuk meninggalkan Kyiv, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022.
Foto: AP Photo/Emilio Morenatti
Orang-orang mencoba naik bus untuk meninggalkan Kyiv, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA — Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Rabu (2/3/2022), meminta masyarakat internasional untuk tidak bersikap netral dalam konflik antara Ukraina dan Rusia. Ia juga menuduh Rusia memiliki tujuan untuk menghapus sejarah negaranya.

Dalam pesan video pada hari ketujuh perang, Volodymyr Zelenskyy mengklaim bahwa pasukan Ukraina telah membunuh "hampir 6.000 orang Rusia", menggarisbawahi bahwa Moskow tidak dapat menang dengan bom dan roket.

Baca Juga

Menunjuk serangan pada Selasa lalu, di menara televisi dekat situs peringatan Holocaust Babyn Yar di ibu kota Ukraina Kiev, Zelenskyy mendesak orang-orang Yahudi di seluruh dunia untuk tidak tinggal diam. Dia juga menyerukan dukungan untuk tawaran keanggotaan Uni Eropa Ukraina.

Tak lama setelah pernyataan Zelenskyy, Kementerian Pertahanan Ukraina melaporkan pembunuhan sedikitnya 5.840 tentara Rusia sejak awal serangan pada Kamis lalu.

Kementerian mengatakan bahwa 30 pesawat, 31 helikopter, 211 tank, 862 kendaraan lapis baja milik Rusia telah dihancurkan. Ia menambahkan bahwa 40 peluncur roket militer Rusia, serta 355 kendaraan, 60 kendaraan bahan bakar, sembilan sistem pertahanan udara, dan tiga UAV juga hancur.

Sejak Rusia memulai perangnya di Ukraina, komunitas internasional tunjukkan kemarahan. Sebut saja Uni Eropa, Inggris, Kanada, Jepang, dan AS menerapkan berbagai sanksi ekonomi terhadap Moskow.

“Sedikitnya 136 warga sipil, termasuk 13 anak-anak, tewas dan 400 lainnya, termasuk 26 anak-anak, terluka di Ukraina,” menurut angka PBB dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (2/3).

“Sekitar 680 ribu orang telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga,” kata badan internasional itu pada Selasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement