REPUBLIKA.CO.ID, ZAHONY -- Di antara satu juta pengungsi Ukraina, anak-anak, lansia, dan penyandang disalibitas paling rentan terkena dampak invasi Rusia. Mereka tidak dapat memutuskan sendiri untuk melarikan diri, dan membutuhkan bantuan untuk melakukan perjalanan ke tempat yang aman.
Pada Rabu (2/3/2022) di kota Zahony, Hungaria, lebih dari 200 penyandang disabilitas Ukraina, yang berasal dari dua panti di ibu kota Kiev, turun ke di peron stasiun kereta api di tengah cuaca dingin. Mereka melarikan diri dari kekerasan yang mencengkeram Ukraina.
Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak, serta orang yang memiliki gangguan kesehatan mental dan fisik cukup serius. Mereka dievakuasi dari fasilitas perawatan setelah serangan Rusia di ibu kota Kiev semakin meningkat.
"Tidak aman untuk tinggal di sana, ada roket, mereka menembaki Kiev. Kami menghabiskan lebih dari satu jam di bawah tanah selama pengeboman," ujar Direktur Panti Asuhan Svyatoshinksy di Kiev, Larissa Leonidovna.
Serangan intensif Rusia telah memaksa satu juta orang Ukraina pergi meninggalkan negara mereka. Seorang pejabat PBB mengatakan, konflik tersebut dapat menjadi krisis pengungsi terbesar di Eropa abad ini.
Lebih dari separuh pengungsi atau hampir 505.000 telah pergi ke Polandia. Sementara lebih dari 116.300 telah memasuki Hongaria, dan lebih dari 79.300 telah menyeberang ke Moldova. Selain itu, 71 ribu lainnya telah melarikan diri ke Slovakia, dan sekitar 69.600 telah pergi ke negara-negara Eropa lainnya.
Sebagian besar dari mereka yang melarikan diri adalah orang dewasa yang berbadan sehat. Mereka berani melakukan perjalanan panjang dan terkadang berbahaya untuk mengungsi ke tempat yang aman. Sementara yang lainnya harus bergantung pada pengasuh atau pendamping mereka untuk menyelamatkan diri dari bahaya.
“Anak-anak ini membutuhkan banyak perhatian, mereka memiliki penyakit dan membutuhkan perawatan khusus,” kata Leonidovna.
Anak-anak dari panti asuhan lainnya, yaitu Panti Asuhan Darnytskyy di Kiev turun dari kereta api, dan melanjutkan perjalanan ke Opole, Polandia dengan menggunakan bus. Mereka akan menerima perawatan lebih lanjut di Polandia.
"Total ada 216 anak-anak beserta pendamping mereka,” kata Wakil Direktur Panti Asuhan Darnytskyy, Viktoria Mikolayivna.
Cuaca dingin yang mencengkeram Eropa Timur pada Rabu (2/3/2022) membuat kondisi semakin sulit bagi mereka untuk melarikan diri ke negara-negara tetangga Ukraina. Di daerah perbatasan Palanca di selatan Moldova, suhu mencapai titik beku dan salju menutupi tanah.
Para ibu dengan anak-anak mereka yang masih kecil membungkus diri mereka dengan selimut dan pakaian tebal. Tetapi cuaca dingin telah membuat situasi menjadi lebih buruk.