REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Kamis (3/3/2022) meyakini bahwa, beberapa pemimpin asing sedang mempersiapkan perang melawan Rusia. Dia mengatakam, Moskow akan melanjutkan operasi militernya di Ukraina sampai akhir.
Lavrov juga mengatakan, Rusia tidak memikirkan perang nuklir. Lavrov mengatakan, solusi untuk krisis di Ukraina akan ditemukan. Dia meyakini babak baru pembicaraan antara pejabat Ukraina dan Rusia akan dimulai.
"Pemikiran nuklir terus berputar di kepala politisi Barat tetapi tidak di kepala Rusia. Saya meyakinkan Anda bahwa kami tidak akan membiarkan provokasi apa pun untuk membuat kami tidak seimbang," ujar Lavrov.
Menurut Lavrov, dialog Rusia dengan Barat harus didasarkan pada rasa saling menghormati. Dia menuduh NATO berusaha mempertahankan supremasi. Sementara Rusia memiliki niat baik, dan tidak akan membiarkan siapa pun merusak kepentingannya. Lavrov mengatakan, Moskow tidak dapat mentolerir ancaman militer dari Ukraina.
"Moskow tidak akan membiarkan Ukraina menjaga infrastruktur yang mengancam Rusia," kata Lavrov.
Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan negara-negara Barat menjatuhkan sanksi keras kepada Moskow. Sanksi ekonomi, perdagangan, hingga boikot di bidang olah raga telah dijatuhkan kepada Rusia. Lavrov mengatakan, meski ada sanksi Rusia tidak merasa terisolasi secara politik.
Lavrov mengatakan, Rusia memiliki informasi bahwa Amerika Serikat khawatir tentang prospek kehilangan kendali atas laboratorium kimia dan biologi di Ukraina. Lavrov juga menuduh Inggris membangun pangkalan militer di Ukraina.
Pejabat Ukraina menuduh pasukan Rusia menyerang wilayah sipil. Tetapi Lavrov mengatakan, pasukan Rusia memiliki perintah ketat dalam menggunakan senjata presisi tinggi untuk menghancurkan infrastruktur militer.