Jumat 04 Mar 2022 03:15 WIB

Polisi Selandia Baru Mulai Penyelidikan Terkait Aksi Protes Mandat Vaksin Covid-19

Aksi protes berlangsung lebih dari tiga minggu di depan gedung parlemen Selandia Baru

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Polisi mengawasi warga yang mengikuti aksi protes terhadap mandat vaksin di Wellington, Selandia Baru, Senin (14/2/2022).
Foto: Mark Mitchell/New Zealand Herald via AP
Polisi mengawasi warga yang mengikuti aksi protes terhadap mandat vaksin di Wellington, Selandia Baru, Senin (14/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Polisi Selandia Baru pada Kamis (3/3/2022) memulai penyelidikan untuk mengidentifikasi pelanggaran hukum terkait aksi protes yang berlangsung selama lebih dari tiga minggu di depan gedung parlemen. Petugas kebersihan mulai membersihkan halaman parlemen setelah aksi protes terhadap mandat vaksin Covid-19 berakhir.

Sehari sebelumnya, polisi menyerbu ratusan pengunjuk rasa yang telah berkemah di lapangan dan jalan-jalan di sekitarnya gedung parlemen selama lebih dari tiga minggu.  Saat pengunjuk rasa mundur, mereka membakar tenda, kasur, dan kursi, serta melemparkan batu dan kayu ke arah petugas polisi.

Baca Juga

Protes itu juga mendorong pemikiran ulang tentang keamanan di lapangan yang telah menjadi tempat aksi protes damai di masa lalu. Lapangan di depan parlemen juga menjadi tempat favorit bagi pekerja dan keluarga untuk berjalan-jalan atau makan siang. Ketua parlemen Trevor Mallard berpendapat perlu dibangun tembok pembatas untuk mengantisipasi kelompok pengunjuk rasa yang provokatif.

“Saya menyukai keterbukaan dan aksesibilitas parlemen dan pekarangan kami. Saya ingin mempertahankan itu, tetapi kami juga memiliki cara untuk menjaga orang tetap aman," ujar Mallard.

Ratusan petugas terlibat dalam operasi pembubaran demonstran yang berkemah di depan parlemen tersebut. Polisi mengenakan perlengkapan anti huru hara, semprotan merica, dan selang air setelah pengunjuk rasa menyemprotkan alat pemadam kebakaran dan melemparkan berbagai benda ke arah petugas.

Para pengunjuk rasa telah memblokir jalan-jalan di sekitar parlemen dengan memarkir mobil dan truk yang terinspirasi oleh konvoi protes di Kanada. Asisten Komisaris Polisi Richard Chambers mengatakan delapan petugas dirawat di rumah sakit setempat setelah konfrontasi dengan demonstran. Mereka menderita luka-luka seperti patah tulang.

Chambers menyebut sekitar 100 pengunjuk rasa telah ditangkap sejak Rabu (2/3/2022). Mereka dicurigai melakukan kejahatan seperti masuk tanpa izin serta menyebabkan kerusakan dan pencurian.

Perdana Menteri Jacinda Ardern memantau kerusakan yang disebabkan oleh para demonstran. Ardern menyebut tempat yang ditinggalkan oleh para demonstran itu tampak dan berbau seperti tempat pembuangan sampah. "Namun saya yakin itu akan dipulihkan dengan cepat," kata Ardern.

Ardern menuturkan dia cukup kesal dengan kerusakan pada perosotan dan area bermain anak-anak karena kebakaran. Akan tetapi dia memastikan semua kerusakan akan segera diperbaiki.

Selandia Baru mengalami wabah terbesar sejak pandemi dimulai ketika varian omicron menyebar. Pada Kamis, otoritas kesehatan melaporkan rekor  kasus harian yang mencapai 23 ribu.

Ardern berencana untuk melonggarkan mandat dan pembatasan virus korona setelah puncak wabah omicron berlalu.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement