Selasa 08 Mar 2022 00:55 WIB

Bedanya Pemahaman Warga Ukraina dan Rusia Soal Invasi

Kerabat warga Ukraina di Rusia punya pemahaman berbeda tentang konflik yang terjadi

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Seorang wanita menangis di dalam mobilnya setelah melintasi perbatasan dari Ukraina di perbatasan Rumania-Ukraina, di Sighetu Marmatiei, Rumania, Jumat, 25 Februari 2022. Ribuan warga Ukraina melarikan diri dari perang dengan melintasi perbatasan mereka ke barat untuk mencari keamanan. Mereka meninggalkan negara mereka ketika Rusia menggempur ibu kota mereka dan kota-kota lain dengan serangan udara untuk hari kedua pada hari Jumat. Mobil mundur beberapa kilometer (mil) di beberapa penyeberangan perbatasan ketika pihak berwenang di Polandia, Slovakia, Hongaria, Rumania dan Moldova dimobilisasi untuk menerima mereka, menawarkan mereka tempat tinggal, makanan, dan bantuan hukum.
Foto: AP/Paul Ursachi
Seorang wanita menangis di dalam mobilnya setelah melintasi perbatasan dari Ukraina di perbatasan Rumania-Ukraina, di Sighetu Marmatiei, Rumania, Jumat, 25 Februari 2022. Ribuan warga Ukraina melarikan diri dari perang dengan melintasi perbatasan mereka ke barat untuk mencari keamanan. Mereka meninggalkan negara mereka ketika Rusia menggempur ibu kota mereka dan kota-kota lain dengan serangan udara untuk hari kedua pada hari Jumat. Mobil mundur beberapa kilometer (mil) di beberapa penyeberangan perbatasan ketika pihak berwenang di Polandia, Slovakia, Hongaria, Rumania dan Moldova dimobilisasi untuk menerima mereka, menawarkan mereka tempat tinggal, makanan, dan bantuan hukum.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleksandra yang berusia 25 tahun berlindung di dalam kamar mandi di flatnya di Kharkiv saat invasi mendekati kotanya. Bersama anjingnya yang berusia empat tahun ia segera mencari perlindungan ketika mendengar suara tembakan pertama.

"Ketika saya mendengar ledakan pertama, saya lari keluar rumah untuk mengambil anjing saya dari kandang mereka di luar, orang-orang panik, meninggalkan mobil mereka, saya sangat takut," katanya pada BBC, Sabtu (5/3/2022) lalu.

Ia rutin berbicara dengan ibunya yang tinggal di Moskow melalui sambungan telepon. Tapi walaupun sudah mengirimkan video Kharkiv yang dibombardir Rusia, Oleksandra gagal menyakinkan ibunya bahaya yang sedang ia hadapi.

"Saya tidak ingin membuat orang tua saya takut, saya mulai katakan langsung pada mereka warga sipil dan anak-anak tewas," katanya.

"Tapi walaupun mereka mengkhawatirkan saya, mereka mengatakan mungkin itu hanya insiden, tentara Rusia tidak akan menyerang sipil, orang Ukraina yang membunuh warganya sendiri," tambah Oleksandra.

Sudah umum warga Ukraina memiliki keluarga di Rusia. Tapi beberapa seperti Oleksandra, keluarga mereka di Rusia memiliki pemahaman yang bertolak belakang tentang konflik yang sedang terjadi. Oleksandra yakin cerita keluarganya berasal dari media-media Rusia yang diawasi ketat pemerintah.

Oleksandra mengatakan ibunya hanya mengulang narasi yang ia dengar dari saluran televisi pemerintah Rusia. "Ini benar-benar membuat saya takut ketika ibu saya mengutip persis televisi Rusia, mereka mencuci otak rakyat, dan masyarakat percaya pada mereka," kata Oleksandra.

"Orang tua saya paham terjadi beberapa aksi militer di sini, tapi mereka mengatakan 'Rusia akan membebaskan kamu, mereka tidak akan merusak apa pun, mereka tidak akan menyentuhmu, mereka hanya mengincar pangkalan militer'," tambahnya.

BBC melaporkan selama proses wawancara sinyal internet sangat lemah sehingga hanya dapat bertukar pesan suara.

"Saya hampir lupa suara hening seperti apa, tembakan mereka tidak berhenti," katanya.

Namun di hari yang sama stasiun televisi Rusia tidak menyebut tentang tembakan rudal ke distrik pemukiman di Kharkiv, korban sipil yang meninggal atau empat orang yang tewas saat mengantri air.

Media Rusia mengatakan serangan terhadap warga Ukraina bukan dilakukan pasukan Rusia. Tapi dari nasionalis Ukraina yang menggunakan warga sipil sebagai tameng.

Stasiun televisi pemerintah Rusia membenarkan perang dengan menyalahkannya pada agresi Ukraina. Mereka tidak menyebut serangan sebagai invasi tapi "operasi pembebasan khusus." Setiap media Rusia yang menggunakan kata "perang", "invansi", "serangan" akan diblokir oleh regulator komunikasi Rusia.

Alasannya karena dengan "sengaja menyebarkan informasi palsu mengenai aksi personil militer Rusia" di Ukraina. Kini undang-undang baru yang sudah disah parlemen Rusia dapat membuat orang yang dituduh menyebarkan berita "palsu" mengenai pasukan Rusia dapat dipenjara hingga 15 tahun.  

Sebagian warga Rusia turun ke jalan sebagai bentuk protes menolak invasi. Tapi tidak ada berita tentang demonstrasi itu di stasiun televisi Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement