Selasa 08 Mar 2022 21:21 WIB

Warga Palestina di Gaza Hadapi Kenaikan Harga Pangan

Warga Palestina di Jalur Gaza menghadapi naiknya harga pangan dan bahan bakar.

Rep: Mabruroh/ Red: Agung Sasongko
Warga Palestina berjalan di malam hari di sepanjang Jalan Al-Baali, di samping rumah-rumah yang rusak parah akibat serangan udara selama perang 11 hari antara Israel dan Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza, di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara, Senin, 31 Mei 2021
Foto: AP/Felipe Dana
Warga Palestina berjalan di malam hari di sepanjang Jalan Al-Baali, di samping rumah-rumah yang rusak parah akibat serangan udara selama perang 11 hari antara Israel dan Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza, di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara, Senin, 31 Mei 2021

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Warga Palestina di Jalur Gaza menghadapi naiknya harga pangan dan bahan bakar. Seorang warga, Mohammed Doghmush mengatakan sangat terkejut ketika mengetahui harga 30 kilogram tepung naik dari 7,7 dolar AS (Rp 110 ribu) menjadi 12,4 dolar AS (Rp 178 ribu).

Ayah enam anak berusia 45 tahun itu mengatakan, bahwa dia membutuhkan setidaknya 90 kilogram tepung untuk memberi makan keluarganya dan harga yang hampir dua kali lipat akan memukul pendapatannya dengan keras.

Baca Juga

"Saya seorang pedagang dan saya sudah kesulitan untuk mendapatkan 6 dolar (Rp 86 ribu) sehari, yang bahkan tidak dapat membantu saya menjaga keluarga saya tetap bertahan. Jadi, apa yang harus saya lakukan dengan harga setinggi itu," keluh pria itu dilansir dari Alaraby, Selasa (8/3/2022).

Warga Gaza lainnya, Fatima Al-Shaer mengatakan dia terpaksa membeli jumlah yang lebih kecil dari kebutuhan biasanya karena inflasi. Ibu tiga anak ini mengatakan bahwa satu kilogram tomat seharga  1 dolar (Rp 14 ribu) tetapi sekarang dijual seharga 2,50 dolar (Rp 35 ribu). Selain itu, harga satu kilogram ayam naik dari 2,3 dolar (Rp 33 ribu) menjadi 3,5 dolar AS (Rp 50 ribu).

"Tidak ada warga yang dapat menerima kenaikan harga yang keterlaluan ini," kata Shaer.

Dia mendesak otoritas lokal yang dikelola Hamas untuk menyesuaikan harga di pasar lokal, terutama sebelum awal bulan suci Ramadhan.

Kementerian ekonomi yang dikelola Hamas mengatakan bahwa kenaikan harga tidak terbatas pada Jalur Gaza, tetapi dialami di seluruh dunia karena konflik Ukraina-Rusia dan ketidakstabilan nilai tukar dolar terhadap shekel Israel.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement